by: Nabila Rhapsodios
INFO PRODUK
Original
Judul: A Frozen Heart
Pengarang: Elizabeth Rudnick
Penerbit: Disney Press
Bahasa: Inggris
Tahun Terbit: 2015
Jumlah Halaman: 304
Edisi Terjemahan
Judul: A Frozen Heart
Sub-Judul: Hati Yang Beku
Pengarang: Elizabeth Rudnick
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Bahasa: Indonesia
Tahun Terbit: 2016
Jumlah Halaman: 304
Prolog
Penulis tahu buku ini dari pemberitaan Disney di Internet (secara tidak sengaja menemukan dan iseng klik) bahwa Frozen punya novel, tetapi sama sekali tidak pernah terpikirkan akan ada dijual di toko buku lokal terkemuka dalam satu kunjungan kesana. Di rak buku impor, pertama kali lihat dan tahu, A Frozen Heart masih ada dijual 2 buah. Satu minggu atau berminggu-minggu setelah peristiwa itu, penulis ingin beli, tetapi, karena terbelah di tangan ada lebih dari satu buku dan bila ditambah dengan novel ini, maka harganya bisa mencapai 300 ribuan. Oke, gagal lagi. Nah, barulah 9 September 2016, A Frozen Heart (terjemahan Indonesia dengan harga yang lebih terjangkau), dimiliki.
Ketertarikan penulis memiliki A Frozen Heart adalah elaborasi latar belakang Hans yang di film kurang disorot. Novel ini menjelaskannya dengan baik dan menjawab mengapa Hans sedemikian licik, lapar kekuasaan dan rasa bangga di filmnya.
ISI
Penulis harus memberitahu di awal bahwa A Frozen Heart mengandung konten dewasa (semisal penyiksaan, kekerasan, kesadisan, menyakiti diri sendiri), sejujurnya novel ini ditujukan untuk pembaca dewasa, anak-anak atau pra-remaja yang dirasa masih belum cukup umur, kebijaksanaan pembaca/orangtua disarankan.
Ceritakan isi rangkuman A Frozen Heart! Sure, where to begin...
Novel A Frozen Heart diceritakan menurut pandangan Anna dan Hans secara selang-seling. Pertama adalah menceritakan Anna dan kakak perempuannya, Elsa. Semenjak Elsa mengabaikannya, Anna sempat depresi tapi, dia menemukan kesenangan bercengkrama dengan orang-orang/staf istana dan rutinitas sehari-hari. Anna benar-benar tidak tahu ketakutan Elsa akan kekuatan menciptakan es dan salju yang dikuasai oleh kakaknya sekaligus alasan pertemuan rahasianya bersama kedua orangtua mereka sedari kecelakaan bermain salju bersama. Dalam benak Anna, sekadar pertemuan menenangkan kesedihan biasa dimana sebenarnya dugaan dia tidak melenceng, tapi tambahkan 'latihan mengendalikan kekuatan istimewa karena didorong oleh kesedihan dan ketakutan nyaris membuat saudari meninggal'.
Selama Elsa menjauhi dirinya, Anna sempat dihinggapi perasaan merasa sedikit ditelantarkan oleh orangtuanya karena lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada Elsa yang terus bermuram durja tetapi, Anna tidak pernah protes atas hal itu karena tahu orangtuanya memiliki alasan baik demi Elsa dan dirinya. Di dalam novel diperlihatkan, diantara Ayah dan Ibu, Anna lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ibu bahkan hubungan mereka dekat layaknya sahabat. Kebalikan dengan Elsa dimana di film tersirat lebih dekat dengan Ayah sewaktu tumbuh dewasa.
Suatu hari, orangtua Anna, Raja Agnarr dan Ratu Iduna, akan pergi ke luar untuk tugas kenegaraan. Anna berpamitan dan gugup karena ditinggal berdua bersama Elsa. Walaupun begitu, dia melanjutkan kembali rutinitas yang selalu dijalankannya. Sampailah hari dimana, Anna mendapat berita kematian orangtuanya. Kematian mereka menandakan Elsa harus segera naik tahta dan benar saja tiga tahun kemudian istana ramai lalu-lalang orang-orang dan segelintir staf istana untuk persiapan koronasi yang tertunda bertahun-tahun.
Kedua, menceritakan Hans lebih jauh (dan menarik!). Seorang Pangeran dari Southern Isles, anak laki-laki paling muda dari 12 bersaudara yang semuanya laki-laki dan suka menindas dengan sangat kejam kepada Hans (dia hanya punya 1 anggota keluarga yaitu 1 kakak laki-lakinya yang dianggap baik kepadanya karena tidak memperlakukan dia seperti sampah di dalam keluarga). Dalam A Frozen Heart latar belakang tumbuh tanpa cinta yang dikatakan kepada Anna di Frozen dibenarkan di novel sebagai pemicu utama dia melakukan apa yang dia lakukan disana, bahkan tersirat (ketika masuk bab narasi Frozen) karena menanggung siksaan fisik dan psikis yang datang dari anggota keluarga sendiri, membuat Hans menyakiti diri sendiri secara fisik dimana menurutnya sakit fisik masih bisa ditanggulangi dibandingkan sakit emosional/mental sehingga ketika beranjak dewasa terbitlah pemikiran kalau menyakiti diri sendiri secara fisik adalah hal yang biasa.
Lalu, rupanya keluarga yang bisa dikatakan penguasa Southern Isles ini terbiasa menggunakan kekerasan dan penyiksaan untuk mengendalikan orang-orang untuk waktu yang sangat lama. Hans jijik cara demikian dan benci ketika harus menggunakannya untuk menangani orang-orang karena mengingatkannya pada siksaan yang dia terima dari keluarga. Hans lebih memilih memanipulasi orang-orang atau berbicara menemukan jalan keluar di waktu susah (dengan paksaan sebagai upaya terakhir). Dia benci menekan orang-orang biasa dan lebih berkenan memperlakukan mereka dengan kebaikan hati (walaupun kebanyakan dijadikan alat untuk memajukan tujuan-tujuan yang diinginkan), dan A Frozen Heart mengisyaratkan kebaikan yang ditunjukkan Hans kepada orang-orang Arendelle di Frozen bersifat agak murni datang dari hati. Sebuah kejutan walau Hans antagonis di film, dia punya standar moral.
Sang Ayah memiliki sedikit cinta dan kasih sayang untuk Hans dan memandang putra bungsunya sebuah kejengkelan yang suka merengek untuk meminta menghentikan kakak-kakak laki-lakinya bersikap sangat kejam terhadapnya. Makanya Hans suka memimpikan hari perihal Sang Ayah cinta, peduli, dan hormat kepadanya. Sampailah Hans sudah menjadi orang dewasa dan dia dipaksa melakukan kekerasan melawan teman, musuh, dan rakyat dari Southern Isles. Semua ini dijalankan setengah hati supaya mendapat rasa hormat dan kasih sayang beliau. Beliau hanya saja mulai hormat dan perhatian kepada putra bungsunya sebelum Hans berangkat ke Arendelle setelah Hans dalam beberapa waktu belakangan patuh pada perintahnya.
Setelah bab peristiwa-peristiwa pra-Frozen selesai, novel A Frozen Heart berubah haluan sebagai novel menceritakan kembali Frozen baris demi baris paragraf. Pembaca diajak masuk ke dalam emosi dan pikiran nyata Anna dan Hans. Sementara sebagian besar bab mengikuti alur cerita film Frozen, ada sedikit percakapan yang ditambahkan ke dalam novel. Hidup dalam keterasingan selama 13 tahun, tidak heran Anna melompati kesempatan untuk cinta dan pertemuan dengan seorang asing yang gagah dan manis.
Selanjutnya memberi kendali Arendelle sebagai pengganti Anna kepada Hans, mempercepat sifat sosiopat dalam dirinya karena dia telah begitu putus asa untuk kekuatan (plus diistimewakan) dan membuatnya berhasrat untuk melekat pada itu bagaimanapun juga. Keramahtamahan Hans menjadi hilang dengan lambat laun dan Anna menemukan cinta yang selama ini dicari ternyata berasal dari Elsa. Pada dasarnya secara keseluruhan, A Frozen Heart menjelajah latar belakang Anna dan Hans, motivasi-motivasi mereka, dan hubungan mereka yang ditakdirkan akan hancur.
Penutupan
A Frozen Heart adalah sebuah novel yang ditulis dengan sangat baik dan sebuah buku bacaan bagus. Novel ini menggiring pembaca ke dalam monolog internal/perspektif Anna dan Hans sementara alur cerita film Frozen dikemas ulang, karenanya menggali sangat banyak semua emosi, pikiran, dan motif dibalik tindakan mereka sehingga mengembangkan kedua karakter utama Frozen lebih baik, terutama mengetahui latar belakang keluarga Hans. Melihat karakter favoritmu dibahas dengan rinci, terdapat kesenangan tersendiri, jadi ketika tahu kalau A Frozen Heart berfokus pada Hans, saya tidak tanggung-tanggung membeli dan membaca sampai tamat (saya tidak tahu mengapa, disamping Elsa, Hans merupakan karakter sangat asyik untuk diikuti perkembangan ceritanya, oke saya sadar Hans bukanlah sosok panutan ideal karena jahat, tetapi saya akui dia karakter yang menarik). Penulis novel melakukan kerjaan bagus untuk mengisi blank space filmnya; sebuah kejadian tidak diceritakan disana.
Ada ketidakseimbangan narasi, saya merasa bab menceritakan Hans lebih pendek dibandingkan bab milik Anna. Padahal saya berharap lebih. Terus selanjutnya, terdapat inkosistensi kecil dari apa yang dipaparkan di film serta biografi resmi. Inkosistensi kecil bisa memicu sedikit kekesalan dari penggemar keranjingan Frozen dan apalagi Hans. Kehadiran A Frozen Heart mencabangkan penggemar Disney, ada pecinta filmnya dan senang terbitnya kisah Frozen yang lain, di sisi satunya ada pecinta film dan malah merasa bahwa novel ini tidak sungguh-sungguh memberi banyak perbaruan perspektif karena mayoritas orang sudah dapat menebak sendiri.
Menurut saya, A Frozen Heart lebih ditujukan, tanpa ragu, kepada pembaca dewasa muda dibandingkan anak-anak usia 9-12 seperti yang diinginkan Disney. Saya berasumsi, novel ini pun tidak bagus untuk anak-anak usia 9-12, mereka mungkin tidak mengerti kalimat-kalimat sulit, betapa kompleksnya kisah Anna dan Hans. Terakhir, paparan konten dewasa tereksplisit di novel sehingga beberapa anak-anak menilai buku ini menjemukan mereka.
Mari simak intisari tinjauan A Frozen Heart di bawah:
Kelebihan:
1. Buku novel yang ditulis sangat baik. Good writing.
2. Bagus sebagai bacaan di sela-sela waktu luang.
3. Memberi wawasan lebih dalam terhadap latar belakang, motif, dan "suara hati dan pikiran" Anna dan terutama Hans.
4. Apakah Hans karakter favoritmu? Bila iya, cobalah baca.
5. Merantai kekosongan cerita Frozen beserta pengulangan ulang kisah film ke dalam A Frozen Heart dengan rapi. Salut!
6. Menemukan banyak informasi baru yang tidak boleh terlewat untuk yang suka sama Frozen.
Kekurangan:
1. Inkonsistensi, baik besar atau kecil, terhadap sesuatu yang difavoritkan, pastinya mendapat respon beragam. Ada yang memaklumi dan ada juga yang tidak memaklumi.
2. Tidak memberi perbaruan perspektif. Ada mayoritas orang yang berkata tidak perlulah sampai ada A Frozen Heart, latar belakang karakter bisa ditebak sendiri (contoh, di film, Hans berkata bahwa dia tumbuh dalam keluarga tanpa cinta. Tebakan orang kalau 'tumbuh tanpa cinta' adalah memiliki lingkungan keluarga yang tidak harmonis dan/atau tiap-tiap anggota keluarga tidak memainkan perannya dengan baik dimana di dalam novel, hal ini dinyatakan benar).
3. Gagal sasaran target pembaca. Frozen digandrungi oleh anak-anak kecil, karena ini sebuah kartun, diharapkan A Frozen Heart dapat menangkap minat mereka juga. Namun, setelah membaca ini dengan yakin, lebih cocok untuk pembaca dewasa muda.
4. Meskipun dibaca oleh anak-anak 9-12 tahun, mereka mungkin tidak mengerti kalimat-kalimat sulit betapa kompleksnya kisah Anna dan Hans, terakhir paparan konten dewasa tereksplisit di novel sehingga beberapa anak-anak menilai buku ini menjemukan mereka.
Saya berharap Rudnick menulis dari sisi emosi milik Kristoff dan Elsa juga. Selanjutnya pembaca diperlihatkan bagaimana mereka terintegrasi peristiwa-peristiwa berlangsung di Frozen. Seperti apa yang dirasa oleh Elsa saat Anna meminta restu menikah dengan Hans atau ketika bagaimana perasaan Kristoff saat pertemuan pertama dengan Anna. Dari semua kata, novel ini sungguh manis dan seru untuk dibaca. Penuh emosi, pengkhianatan, sekaligus juga cinta, dan seperti film Frozen, saya pikir A Frozen Heart sebuah buku mengagumkan. Mau memberi 5 bintang tapi, saya tidak suka adanya inkosistensi dalam sebuah karya karena membuat bingung. 4.5 cukup untuk A Frozen Heart. Saya harap novelnya dianggap tulisan resmi (canon) bukan sebuah fan fiction, semoga!
FIN
Comments
Post a Comment