by: Nabila Rhapsodios
INFO PRODUK
Buku Terjemahan
Judul: Keajaiban Toko Kelontong Namiya
Pengarang: Keigo Higashino
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Bahasa: Indonesia
Tahun Terbit: 2020
Jumlah Halaman: 404
PROLOG
Setiap buku yang penulis beli, selalu memiliki kisah awal pertemuan, tidak terkecuali buku novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya. Penulis berjalan balik lagi ke akhir November 2020. Waktu itu, penulis sedang browsed laman Gramedia online untuk keperluan menjaring buku-buku yang menarik untuk dibaca setelah Polisi Kenangan. Mata penulis menangkap satu buku yang memiliki kombinasi warna kover yang disukai dan terkesan misterius. Buku satu itu adalah buku hasil buah tangan Keigo Higashino yang menjadi next review sekarang.
Penulis sama sekali tidak mengetahui siapa Keigo-san (yang ternyata novelis populer di Jepang) karena memang belum pernah membaca buku-buku novel yang pernah ditulisnya. Plus, penulis tidak memiliki informasi bahwa novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya ini sangat digemari di Jepang (bahkan sampai difilmkan) dan bestseller di beberapa negara. Nah, jadi, drive murni penulis ingin membaca novel bukanlah dua itu melainkan cinta pandangan pertama kepada warna kover semata!
Setelah jatuh cinta pada kover, penulis memasukkan ke dalam keranjang belanja tapi, tertahan sebentar sebelum check out. Novel ini ternyata masih dalam bentuk Pre-Order (PO)! Penulis bimbang deh. Satu sisi, ingin dalam waktu minimal tiga hari novel sudah berada di tangan tapi, PO tidak bisa begitu karena pengiriman sampai ke tangan pembeli harus dekat dengan tanggal rilis. Sisi lain, pengiriman PO ini akan sampai ke rumah penulis diperkirakan menjelang tanggal hari besar penulis. Setelah membiarkan buku ini berapa jam ditaruh di keranjang, akhirnya memutuskan buku novel tetap dibeli dan kalaupun akan sampai di rumah ketika rumah sedang kosong, paket berisikan buku akan tetap aman.
Buku sampai di rumah rupanya agak lebih cepat dari dugaan. Tanpa membuang waktu, buku itu dibaca. Dibaca pelan-pelan dulu karena kondisi rumah sedang hiruk pikuk untuk mempersiapkan hari besar. Setelah hari besar berlalu, barulah novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya dibaca intens dan sampailah pada halaman terakhir untuk dinyatakan "It ends here". Penulis akan berbagi rangkuman plot novel sekaligus disertakan impresi penulis atas buku Keigo-san satu ini. Teruslah skrol ke bawah!
ISI
Novel ini mengisahkan banyak karakter di masa yang berbeda walaupun demikian, cerita mereka terhubung berkat keberadaan satu toko kelontong yang magis. Toko kelontong tersebut bernama Toko Kelontong Namiya. Toko Kelontong Namiya ini berdiri di sebuah pinggiran kota dan memiliki reputasi sebagai konselor terbaik atas pemecahan masalah hidup yang sangat rumit untuk dilalui masing-masing individu yang berani mengisahkannya kepada toko kelontong.
Diceritakan awal mula Toko Kelontong Namiya membuka layanan konselor tidak resmi adalah sebuah surat kabar tertukar kanji antara 'Namiya' dengan 'Nayami' di dalam artikel yang mereka tulis. Terlanjur ditulis kanji 'Nayami' yang memiliki arti 'Masalah' sehingga menyebabkan toko kelontong milik Yuji Namiya ini dicandai oleh para tetangganya bisa menjadi toko pemecah masalah. Candaan tetangga ini terdengar sampai seantero kota sehingga ada segelintir orang yang serius menyikapi toko kelontong ini bisa menjadi konselor bantuan untuk mengurai benang kusut dalam hidup.
Pertama-tama Toko Kelontong Namiya mendapatkan surat curahan hati ringan yang biasa dibalas oleh Yuji dengan menempelkan jawaban dia atas curahan hati tersebut di mading yang dipasang di depan toko kelontongnya sehingga orang-orang yang hanya lewat atau mau mampir ke toko kelontong bisa melihat leluasa. Topik yang dibahas dan bagaimana jawaban Yuji atas topik-topik yang ditanyakan padanya menjadi objek hiburan, candaan, dan perdebatan di pinggiran kota tersebut.
Suatu ketika, orang-orang mulai menyadari Yuji tidak menempel balasan yang dia buat atas surat-surat curahan hati yang dikirim ke toko kelontong seperti biasa. Orang-orang mulai berspekulasi bahwa toko kelontong milik Yuji menyudahi lelucon toko kelontong 'masalah'. Yuji akhirnya menjelaskan bahwa toko kelontong yang diurusnya, masih menerima curahan hati tapi, metodenya diubah untuk menjadi lebih privat karena curahan hati yang diterima semakin serius. Metodenya sekarang adalah dengan meninggalkan surat di kotak susu yang dialihfungsikan mirip dengan kotak surat. Yuji tidak akan melihat siapa dan bagaimana wajah pengirim ketika mereka menaruh surat dan mengambil surat yang sudah dibalas olehnya di kotak susu. Yuji bahkan melarang keluarga dia untuk mengintip dan mencari tahu identitas para pengirim surat yang sedang dirundung masalah berat tersebut.
Tiga paragraf di atas merupakan sejarah Toko Kelontong Namiya berubah tidak hanya sebatas toko kelontong yang akan ditemukan di bab masa lampau. Novel ini lebih berat mengulas masa lampau, masa dimana Yuji Namiya masih hidup. Cerita diawali di 2012 (masa sekarang dalam novelnya) dengan satu bab petualangan tiga remaja nakal yang mencari tempat persembunyian untuk menghindar dari polisi dan saksi mata yang melihat aksi kriminal mereka dan menemukan diri mereka sendiri ke dalam aliran waktu yang terhubung ke masa lampau akhir 1970-an sampai 1990-an. Walaupun alur novel ini maju-mundur dan sedikit memusingkan untuk diikuti karena seluruh cerita para karakter saling memberi impact di kehidupan masing-masing, novel ini terpecah ke dalam lima bab dengan fokus pada satu karakter dan karakter lain yang terhubung dengan karakter utama tersebut biasanya menjadi kameo di babnya dan akan diulas di bab lain dimana diangkat untuk menjadi karakter utama.
Bab yang diberi nama 'Surat di Kotak Susu' menceritakan tiga remaja nakal yang masing-masing bernama Atsuya, Shota, dan Kohei bersembunyi satu malam di dalam toko kelontong terbengkalai puluhan tahun setelah melancarkan perampokan rumah kosong. Mereka merencanakan akan angkat kaki dari toko kelontong tersebut ketika matahari terbit. Rencana mereka ini tidak berjalan mulus. Mereka mendapatkan sepucuk surat di kotak susu yang berisi meminta sebuah saran. Untuk mengisi waktu sambil menunggu matahari terbit karena tidak ada hal lain yang bisa dikerjakan di dalam toko kelontong selain tiduran dan mengemil, mereka membalas surat dari pengirim yang mengaku dirinya "Kelinci Bulan". "Kelinci Bulan" sedang gundah gulana karena terombang-ambing antara dua pilihan yaitu melanjutkan pelatihan Olimpiade atau tidak melanjutkan pelatihan Olimpiade supaya bisa menemani pacarnya yang tengah berjuang melawan kanker.
Bab kedua berjudul 'Midnight Blues' menceritakan kisah seorang laki-laki pertengahan usia 20-an bernama Katsuro Matsuoka yang berjuang mewujudkan mimpi untuk bisa menjadi musisi profesional dan dikenal banyak orang. Mimpi laki-laki ini terbentur restu orang tua yang menilai sebagai anak laki-laki tertua di keluarga semestinya melanjutkan bisnis keluarga. Akhirnya, laki-laki ini mengahadapi ultimatum dari orang tuanya untuk memilih satu pilihan dari dua pilihan terbentang di matanya yaitu tetap gigih mengejar mimpi menjadi profesional dalam bermusik atau meninggalkan mimpi besar demi keluarga. Bingung menghadapi ultimatum pahit tersebut, laki-laki ini menulis surat kapada Toko Kelontong Namiya yang berharap bisa membantu bagaiamana jalan keluarnya.
'Bermalam Di Civic' berfokus pada Yuji Namiya dan putranya. Putra Yuji menginginkan sang ayah tutup toko kelontong yang sudah tua dan mulai ditinggalkan banyak orang karena daerah permukiman sekitar banyak pembangunan komplek dan toko modern kemudian, mengajak sang ayah untuk tinggal di Tokyo bersamanya. Tetapi, Yuji bersikeras tidak mau mengikuti keinginan putranya karena merasakan telah dapat arti baru untuk penghujung hidupnya yang sudah renta serta sakit-sakitan setelah berperan menjadi konselor tidak berlisensi.
Yuji mungkin pada awalnya memulai kerjaan membalas surat berisi curahan hati yang tidak serius sekadar sebagai mengisi waktu luang, tapi semakin hari, Yuji menyadari bahwa ini sebuah panggilan ketika isi surat berubah menjadi rumit jadi dia akan memberikan seluruh tenaga untuk para pengirim yang butuh nasihat dan sarannya, bahkan mereka tetap ingin nasihat dan saran darinya setelah dia tiada sekalipun. Ketika keinginan untuk terus membantu para jiwa yang sedang resah terucap di hadapan sang putra, Yuji dan anak laki-lakinya menyadari di sekeliling mereka telah terjadi sebuah efek magis. Efek magis tersebut seolah-olah merespons seluruh harapan dan mimpi lintas zaman sehingga toko kelontong milik Yuji menjadi pusat lorong waktu dimana waktu tidak berjalan sedetik pun.
'Mengheningkan Cipta Untuk Beatles' membahas petualangan dan masalah yang dihadapi oleh Kosuke Waku. Kosuke mengetahui cerita Toko Kelontong Namiya bisa mencarikan solusi efektif atas problematis yang menjalar di hidup berawal dari omongan orang-orang dan pencarian internet. Berbekal pengetahuan tersebut, Kosuke mampir ke Toko Kelontong Namiya yang tidak berpenghuni untuk menaruh surat di kotak susu kemudian pulang ke kampung halaman kecilnya sambil mengingat kembali masa ketika orang tuanya bangkrut dimana kebangkrutan ini sangat berdampak ke keluarganya dan bagaimana Kosuke lari dari orang tuanya sebagai bagian dari ketidakpercayaannya meletakkan masa depannya di tangan orang tuanya.
'Do'a Dari Langit' membahas karakter perempuan 19 tahun yang memiliki nama lengkap Harumi Muto. Harumi ingin mandiri secara finansial di usia masih belianya untuk meringankan beban finansial wali yang telah menganggapnya anak. Tapi, kerjaan sehari-harinya berjalan di tempat dan menjemukan karena Harumi dipandang sebelah mata oleh rekan kerja laki-lakinya dan kerjaan malam harinya terlalu menuntut sehingga sering fisik serta mentalnya lelah. Harumi berpikir mengerjakan dua kerjaan bersamaan tidak cukup untuk mencapai mimpi besarnya dan Harumi harus menjatuhkan putusan lanjut atau berhenti kerja sehari-hari untuk menjadi seorang hostess penuh waktu.
FINAL NOTE FROM ME
Penulis normalnya dalam meninjau sebuah buku, akan meninggalkan sebuah bekas di artikel berupa penjabaran kelemahan dan kekuatan dari buku yang diulas dimana diperuntukkan memberi more depth. Sekarang, di artikel ulasan kali ini, penulis tidak meninggalkan bekas tersebut untuk novel Keigo-san Keajaiban Toko Kelontong Namiya satu ini karena sejujurnya, I love nearly every moment.
Sebuah karya kuat dengan morales & principles yang bertumpu pada dunia nyata, jalan cerita yang dipenuhi dengan empatik dan memberdayakan tiap individu dalam mempertanyakan mau tetap mengikuti saran yang diberikan dengan sungguh-sungguh atau memilih jalan lain yang ingin dilalui walaupun gambling, dan plot sangat jelas memberikan gambaran bagaimana pilihan, aksi serta kata-kata yang terucap berasal dari satu individu bisa mempengaruhi individu lain. Novel ini merupakan sebuah buku tentang perangai kodrat manusia dan relasi interpersonal yang diciptakan oleh kita di hidup ini.
Keigo Higashino |
Karakter digambarkan sangat kompleks dan multidimensional dengan kepribadian, mimpi dan motivasi yang umum ditemui di dunia nyata beserta keraguan dan kelemahan batin mereka dimana semua terlalu terkoneksi bagi pembaca. Walaupun novel ini mengambil setting universe Jepang, Keigo-san membuat mudah pembacanya untuk mengidentifikasi dan saling menghubungkannya antar satu karakter dengan karakter lain selagi dilema yang dihadapi masing-masing bersifat universal sehingga memberi kesempatan membayangkan kita berada di posisi mereka dan berpikir reaksi seperti apa yang akan ditunjukkan bila disodorkan masalah yang sama. I felt quivers all over my arms and my neck as I read.
Jalan kisah novel terlihat remeh dan lemah di lembar-lembar awal, hanya yang menarik adalah toko kelontong milik Yuji menjadi pusat "time travel", tapi ketika sampai di halaman-halaman penutup, kisah novel sanggup mengagetkan penulis karena plot cerita go full power dimana sang penulis "menjahit" benang-benang lepas untuk dikatakan 'cerita sudah utuh' dan ternyata latar belakang tiap karakter, mereka sadar atau tidak sadar, terhubung. Di poin inilah, Keigo-san membawa keluar sebuah pelajaran hidup yang berharga, sangat menyentuh hati, dan menggugah pikiran melalui bab-bab dengan karakter berbeda untuk menjadi lead tersebut.
Sampai detik ini, moral paling besar di dalam novel masih terekam jelas di otak penulis. Adalah karakter di novel ini yang terdiri dari remaja berandal yang minder karena tidak jago dalam bidang apapun, anak yatim piatu, individu yang berasal dari kelas bawah, ibu tunggal yang memiliki anak di luar nikah, keluarga kaya tapi akhirnya bisnis yang digeluti gulung tikar dan sama sekali tidak bisa menerima perubahan statusnya menjadi orang miskin serta perempuan mandiri yang diliputi api ambisi ingin menjadi orang kaya karena terlahir miskin; tidak semua orang digariskan bernasib beruntung, tapi Keigo-san memberitahu kita lewat karyanya bahwa dia percaya semua orang bisa berkontribusi apapun untuk menciptakan dunia menjadi lebih baik. Orang-orang yang bernasib sama dengan karakter novel memiliki kesulitan mereka sendiri tapi, mereka menampakkan perasaan belas kasihan dan solidaritas kepada orang lain dalam cara mereka sendiri yang terkadang cara mereka tersebut dimispersepsi oleh orang lain karena upbringings yang sedikit tidak sama dengan orang yang terlahir beruntung. Mereka adalah agen bebas yang mewakili sisi baik pribadi manusia. Tambahan juga, mereka mengajari berpikir independen dan mengambil tanggung jawab atas aksi-reaksi di dalam hidup susah. I truly liked the lesson where the author of this book wished the readers to understand the value of leaving a gold legacy on this world for those who walk after.
Setelah menamatkan novel ini, penulis memberi 5 bintang. Plot yang sangat memberikan efek besar untuk penulis. Keajaiban Toko Kelontong Namiya pantas direkomendasikan kepada peminat jalan cerita kontemporari dan magis. Setelah karya Keigo-san satu ini, penulis akan lanjut membaca karya sang penulis yang lain. Saat proses perampungan ulasan Keajaiban Toko Kelontong Namiya, penulis telah selesai membaca Salvation of a Saint. Saat ini, penulis sedang membaca Malice. Oke, what topics / books / games do you want me to review on the blog? Lemme know in the comments section below! I'll be back with more articles! ^0^. Thank you.
~Fin~
* Disclaimer: Courtesy of Google Images. The material published on this website is intended solely for general information and reference purposes and is not legal advice or other professional advice.
Comments
Post a Comment