The Silent Patient

by: Nabila Rhapsodios





INFO PRODUK

Judul: The Silent Patient
Pengarang: Alex Michaelides
Penerbit: Orion
Bahasa: Inggris
Tahun Terbit: 2019
Jumlah Halaman: 336


PROLOG

Memiliki novel ini tidak diiringi dengan cerita menarik seperti biasanya. The Silent Patient dari tangan Alex Michaelides ditemukan di internet secara tidak sengaja. Jadi gini, pada suatu hari di kantor yang tidak terlalu ramai karena akan liburan Natal dan Tahun Baru 2019-2020, penulis iseng mencari buku yang sedang hits. Penulis buka banyak situs. Salah satu situs yang diklik oleh penulis adalah Good Reads. Penulis melihat daftar buku rekomendasi yang kebanyakan mejeng menduduki posisi buku terbaik versi Good Reads.

Saking banyaknya daftar buku terbaik yang ditawarkan oleh Good Reads, penulis melakukan skimming sajalah dan berfokus pada buku terbitan 2019 serta menjatuhkan pilihan bacaan adalah novel. Akhirnya, penulis mengklik The Silent Patient. Ini pun klik yang dilakukan asal-asalan. Penulis membaca perlahan informasi tentang novel ini. Novel ini merupakan psychological horror. Penulis membatin, "Dicoba saja kali ya baca pscychological horror...? Karena selama ini, novel genre lainlah yang selalu menarik perhatian. Bacaan psychological horror itupun komik dan mengikuti dari video game." Sudah settle dan langkah selanjutnya adalah membaca review dari pembaca. 

Betapa terkejutnya penulis! The Silent Patient merupakan emas! Novelnya menjadi perbincangan hangat karena katanya aneh (dalam arti positif) dan ending-nya membuat pembaca ternganga. Wah, rasa penasaran penulis bangkit. Mulai saat itu, penulis menetapkan objective yaitu Find the book and buy it!

Penulis merasa buku The Silent Patient tidak akan mudah ditemukan di toko buku yang selalu dikunjungi. Soalnya mata tidak pernah melihatnya. Mau mencari The Silent Patient di toko buku yang agak jauhan dari kediaman, penulis tidak berselera. 

Pada akhirnya, penulis pergi liburan ke negara yang ikonik dengan patung singa-ikan. Penulis merasa harus pergi ke toko buku langganan penulis kalau sedang liburan di negara tersebut. Seketika menginjakkan kaki disana pada satu kesempatan, penulis berkeliling rak fiksi dan literatur sebanyak 3x. The Silent Patient tidak ditemukan. Tidak membuahkan hasil dari pencarian yang dilakukan sendiri, maka penulis mendatangi Information Center. Berkat bantuan mereka, The Silent Patient sudah ada di tangan! Penulis bersorak dalam hati!

Setibanya di negara tercita, novel ini masuk dalam antrian bacaan... Yeah... Bacaan yang harus didahului adalah Mansfield Park karya Jane Austen karena sudah dibeli pada Oktober. Selesai membaca novel Jane Austen satu itu, The Silent Patient selanjutnya.  Dapat kesempatan membaca pada tanggal 31 Januari 2020. 

Penulis cukup cepat membaca The Silent Patient, terhitung hanya menghabiskan empat hari. Selama empat hari berturut-turut, penulis digelitik penasaran tidak terkontrol atas kelanjutan bab per banya dan ketika sampai di bagian penutupan, barulah penulis ternganga tidak percaya atas cerita yang selama empat hari dibaca.

Di sesi Isi, penulis akan menjabarkan gari besar dari The Silent Patient yang semoga dapat membuat pembaca lain akan membaca novel seru ini. Selamat membaca!


ISI

The Silent Patient dimulai dengan pemaparan tulisan dari diari milik Alicia Berenson. Diari ini adalah diari pertamanya. Alicia menulis diari atas saran suaminya yaitu Gabriel Berenson supaya istrinya dapat mengartikulasikan perasaannya dengan jelas lewat tulisan. Alicia menulis di bagian pertama dalam diarinya adalah perasaan cintanya pada Gabriel sangat besar dan berjanji akan terus menulis diari yang dihiasi dengan tulisan normal saja yang diharapkan dapat menyenangi Gabriel. 

Enam tahun kemudian, sebuah peristiwa terjadi seperti yang dijelaskan oleh narator cerita misterius. Narator misterius ini memaparkan Alicia telah membunuh Gabriel enam tahun lalu. Motif Alicia membunuh Gabriel tetap menjadi teka-teki yang sulit dipecahkan. Ketika polisi mendatangi lokasi pembunuhan tersebut, Alicia selalu diam selama ditanya oleh polisi dan polisi sangat kaget ketika melihat cucuran darah dari pergelangan tangan Alicia. Hal ini membuat polisi berasumsi bahwa Alicia mencoba bunuh diri setelah membunuh suaminya. Sejak hari pembunuhan ini, Alicia tidak mau berbicara dengan siapapun, bahkan tidak mengeluarkan suara demi memberi pembelaan bagi diri sendiri ketika persidangan kasus dirinya. Tidak lama setelah peristiwa pembunuhan sadis tersebut, Alicia kembali ke studio dan di tempat ini, Alicia menggambarkan dirinya sendiri dalam bentuk lukisan sebagai sosok telanjang yang berada di studio miliknya yang dikelilingi dengan pemandangan "ganjil". Lukisan dirinya sendiri ini diberi nama Alcestis. 

Alcestis menimbulkan kericuhan di media dan masyarakat. Banyak yang menilai Alcestis merupakan lampiasan rasa bersalah Alicia setelah membunuh Gabriel. Media dan masyakarat meminta pengadilan untuk menjatuhkan vonis berat terhadap Alicia yang begitu dingin menembak mati suaminya sendiri. Diomedes dapat dijadikan sebagai seseorang yang memberi kesaksian untuk meringankan vonis Alicia karena berhasil meyakinkan hakim bahwa Alicia sebenarnya mengalami mental disorder dan harus menjalani terapi. Oleh sebab itu, Alicia dikirim ke rumah sakit jiwa The Grove.

Narator misterius tidak berhenti bercerita. Dia mengaku menyimpan ketakjuban kepada kasus dan sikap diam Alicia. Narator misterius memperkenalkan diri sebagi Theo Faber yang berprofesi sebagai psikoterapis dan memiliki cerita kelam ketika kecil. Theo kecil sering mengalami tindakan kekerasan dari ayahnya. Ayahnya yang bersifat demikian, masih menjadi sebuah wound yang agak sulit dihapus sampai sekarang walaupun sempat sering menemui terapis bernama Ruth yang dikenalnya ketika umur pertengahan 20 untuk menyembuhkan diri. Pertemuan dengan Ruth masih sering dilakukan sampai sebelum Theo menikah. Ketika berumah tangga, Theo memutuskan untuk tidak menemuinya lagi. 

Melanjutkan perkenalan, Theo mengaku akan mengundurkan diri dari Bradmoore untuk pindah ke The Grove karena ingin membantu Alicia. Sesi terapi pertama Theo menangani Alicia adalah awal yang buruk sehingga memaksanya untuk menelepon tante dan saudara ipar Alicia. Tante dan iparnya menolak memberi keterangan. Lelah dengan penolakan, Theo pergi berdua dengan rekan sejawatnya yaitu Yuri. Disini Yuri menyarankan Theo untuk melupakan Alicia dan tetap setia dengan istrinya.

Theo menceritakan cerita pertemuan dia dengan Kathy yang kemudian hari dipersunting untuk menjadi istrinya. Pertemuan mereka di dalam sebuah bar dan ketika itu, mereka masih memiliki pasangan masing-masing. Hubungan Theo bersama kekasihnya saat itu, putus karena kekasihnya selingkuh dengan kekasih Kathy. Akhirnya, Theo dan Kathy memutuskan berpacaran dan tidak lama kemudian, mereka menikah. Theo sangat bahagia dengan lembar baru dalam hidupnya tersebut. Baginya, Kathy adalah lentera hidup yang paling terang dalam hidupnya. 

Bagian selanjutnya dari diari Alicia memaparkan sebuah cerita kematian ibunya akibat kecelakaan mobil. Alicia merasa kecelakaan tersebut bersifat sengaja. Ibunya dengan mengajak secara sadar Alicia yang saat itu berumur sekitar 8 untuk ikut mati bersamanya. Alicia selamat secara ajaib dari kecelakaan tersebut. Tetapi, Alicia berhenti menceritakan kecelakaan ini di dalam diarinya. 

Alicia melanjutkan ceritanya. Cerita yang tertuang dalam diarinya adalah lukisan Yesus yang masih sulit untuk diselesaikan. Alicia mencoba melanjutkan lukisan tersebut tapi, secara tidak sengaja wajah Yesus malah digambar dengan wajah Gabriel. Alicia membiarkan hal ini lalu, meminta Gabriel untuk menjadi model lukisan selanjutnya. Gabriel mengiakan permintaan Alicia dengan sungkan. Alicia melukis tetapi, menemui kesulitan ketika melukis bagian mata Gabriel yang sedang bahagia. 

Theo meminta The Grove untuk menurunkan dosis obat yang diminum Alicia. Diomedes yang mendengar hal ini, sangat menyetujuinya dan dia sendiri akan meneruskan informasi ini pada Christian yang berperan sebagai psikiater pribadi Alicia. Christian mengenal Theo karena mereka pernah sama-sama bekerja di Bradmoore. Akan tetapi, mereka bermusuhan, terlebih dari sisi Christian. Dalam kasus dosis Alicia ini, Christian menyetujui ide Theo tersebut walau dia tidak percaya penurunan dosis akan membantu Alicia. Selanjutnya, Theo memiliki jadwal pertemuan bersama Alicia. Di pertemuan ini, Alicia berubah menjadi beringas dan menghajar brutal Theo. Staf The Grove menilai kebrutalan Alicia terhadap seorang terapis adalah hal yang harus diwaspadai, tetapi, Theo menilainya sebagai peningkatan karena Alicia sudah menunjukkan dirinya mau diajak komunikasi walaupun memakai kekerasan. 

Malam harinya, Theo menerima kenyataan pahit bahwa Kathy telah menyelingkuhi dirinya. Kenyataan pahit ini merusak kepercayaan Theo pada istrinya sampai terbawa ke pikirannya ketika bertemu Alicia lagi. Theo menyampaikan pada Alicia bahwa sebagian dirinya membenci Kathy dan sebagian dirinya yang lain mencintainya dan merenung apakah Alicia juga merasa sama sepertinya ketika mengayunkan pistol untuk menghabisi Gabriel. Alicia yang mendengar ini, segera keluar dari ruangan. Theo merutuki dirinya bahwa tindakannya tersebut sangat tidak profesional. 

Ketika bangun tidur keeseokan harinya, Theo pergi ke dapur dan di tempat ini tidak sengaja membuat jarinya tergores pecahan kaca. Alam bawah sadarnya yang panik, menuntun Theo ke rumah Ruth. Theo menceritakan keluh kesahnya pada Ruth dan Ruth menyarankan Theo untuk menceraikan Kathy karena istrinya tersebut tidak mampu membalas cinta besar yang telah diberikan oleh suaminya pada Kathy sendiri. Theo kembali ke rumahnya untuk menkonfrontir Kathy, tetapi batal setelah Kathy marah karena menemukan mariyuana di dapur. 

Seminggu setelahnya, Theo menerima telepon dari Max Berenson yang meminta Theo untuk menemuinya di kantor. Max adalah seorang pengacara sekaligus kakak Gabriel dan saudara ipar Alicia.  Max mengifokan Theo bahwa dia adalah anak adopsi, tidak sedarah dengan Gabriel. Walaupun mereka bukan saudara kandung, Max sangat mencintai Gabriel, begitu juga sebaliknya. Akan tetapi, ketika Max ditanya oleh Theo tentang perasaan pribadi terhadap Alicia, Max berkata jujur bahwa dia sangat membenci adik iparnya karena telah membunuh Gabriel. Setelah pertemuan dengan Max, Theo direkomendasikan olehnya untuk menemui Jean-Felix Martin yang dirasa dapat membantu Theo untuk dimintai keterangan dari sisi rekam jejak Alicia sebagai pelukis. Ketika akan keluar dari kantor Max, Theo dicegat oleh istri Max yaitu Tanya yang memberitahunya untuk tidak lupa meminta keterangan dari sepupu dekat Alicia yaitu Paul yang mungkin memiliki info penting yang terlewatkan oleh siapapun. 

Alicia menulis dalam diari miliknya tentang satu hal bahwa dia bertengkar dengan Gabriel karena persoalan senjata api ada di rumah mereka. Tulisan lainnya adalah tentang pelecehan seksual kepada Alicia yang dilakukan oleh Max dan pengakuan Max padanya bahwa mencintai Alicia. Alicia menyimpulkan bahwa Max selama ini menyimpan kecemburuan cinta karena yang memilikinya adalah Gabriel. Atas tindakan tidak layak tersebut, Alicia mengancam akan memberitahu Gabriel, tetapi Max memelas agar Alicia tidak melakukannya karena tidak ingin merusak hubungan persaudaraan dengan Gabriel, terlebih mereka sama-sama tahu bahwa Gabriel sangat mengidolakan kakaknya. Pertengkaran Alicia dan Max berakhir dengan ancaman yang dialamatkan pada Alicia sehingga Alicia menjadi takut untuk melapor pada Gabriel. 

Theo mendapatkan informasi dari pertemuan bersama Max sebelumnya bahwa Alicia pernah ditangani oleh soerang dokter privat. Dokter privat ini dihadirkan setelah upaya bunuh diri yang gagal dilakukan oleh Alicia. Theo ingin mengorek lebih jauh hal ini pada Max, tetapi Diomedes memberi peringatan keras pada Theo untuk berhenti menghubungi satu per satu keluarga Alicia karena Max melaporkan Theo atas tuduhan harassment. Membuat seorang pengacara marah pada The Grove dapat mengancam keberlangsungan rumah sakit jiwa tersebut, mengingat The Grove nyaris tidak dipercaya lagi untuk terus buka. Akan tetapi, Theo tetap bersikeras meneruskan investigasinya sendiri dan menuju Cambridge untuk menemui Paul. Theo dan Paul berbicara satu sama lain dan dari sepupu Alicia terungkap satu hal bahwa ayah Alicia bunuh diri lalu, Alicia sebenarnya sangat membenci ayahnya, bukan mencintainya yang selama ini dipercaya oleh Max juga Theo. Theo harus pamit dari rumah Paul karena kelakuan Lydia yang merupakan ibu Paul serta tante Alicia. Mengetahui titik terang atas masa kecil Alicia juga Paul dan melihat perilaku Lydia yang seperti orang kerasukan, Theo menyimpulkan bahwa mereka telah mengalami penindasan dari Lydia ketika masih kecil sampai remaja. 

Dari Cambridge, Theo memutuskan pulang ke rumah. Pada malam harinya, Kathy memberitahu suaminya bahwa malam ini akan pergi menemui sahabatnya yaitu Nicole. Akan tetapi, Theo yang telah terbakar api cemburu sangat curiga dengan hal tersebut karena di pikirannya, menemui Nicole bisa saja alibi Kathy untuk bermesraan bersama selingkuhannya. Theo memberi izin Kathy pergi. Tanpa disadari Kathy, dia diikuti terus oleh Theo dari belakang yang ingin mendapatkan bukti bahwa istrinya memiliki laki-laki idaman lain. 

Cerita selanjutnya, Theo berhasil bertemu dengan Jean-Felix di galeri miliknya. Jean-Felix sudah bertahun-tahun menjaga baik semua lukisan milik Alicia di tempat tersebut. Selama pembicaraan kedua laki-laki ini, Theo risih mendengar semua alasan kagumnya Jean-Felix terhadap Alicia yang dinilai oleh Theo terlalu obsesif. Di akhir pertemuan, Theo merasakan Jean-Felix rupanya lebih mencintai lukisan Alicia daripada Alicianya sendiri. Menurut Theo, Alicia pasti tidak nyaman jika Jean-Felix menjumpainya karena karakter Jean-Felix membuat perempuan manapun akan mendapatinya sebagai orang yang creepy.

Isi diari Alicia mengesahkan asumsi Theo. Alicia ingin memutus partnership bersama Jean-Felix karena sudah tidak cocok. Isi diari selanjutnya, Alicia memaparkan bahwa Paul sedang dalam masalah utang piutang. Merasa kasihan pada Paul, Alicia memberikan beberapa uang padanya. Pertemuan Alicia dengan Paul terjadi seminggu sebelum Gabriel meninggal. Hal ini jelas mengkontradiksi pernyataan Paul pada Theo yang mengaku belum pernah lagi menemui sepupunya selama puluhan tahun. 

Walaupun Theo tidak menyukai Jean-Felix, dirinya mengikuti paksaan laki-laki tersebut supaya mempelajari tragedi Yunani Alcestis. Alcestis bercerita tentang perempuan ini yang berkorban demi hidup suaminya. Di akhir cerita, Alcestis diselamatkan oleh Hercules dan dikembalikan pada suaminya. Kegembiraan suaminya hanya sesaat karena dihinggapi keheranan atas kebisuan istrinya sejak kembali padanya. Situasi ini hampir mirip dengan Alicia yang terus diam setelah kematian Gabriel. Selanjutnya, Theo mendiskusikan Alcestis bersama Diomedes. Theo menilai sikap diam Alcestis terjadi karena merasa dikhianati suaminya yang rupanya tidak tulus mengapresiasi pengorbanannya. Alcestis telah "mati" secara batin walau dibangkitkan dari kematian. Theo merasa Alicia juga demikian. Alicia di satu titik hidupnya telah "mati" karenanya, harus ada seseorang yang berhasil membawa Alicia pada kehidupan sekali lagi. Mengakhiri diskusi Alcestis, Theo meminta izin Diomedes untuk membiarkan Alicia melukis di ruangan khusus yang tersedia di The Grove. Diomedes dan terapis art Rowena menyetujui permintaan Theo satu itu. Theo berharap Alicia akan mau berkomunikasi dengan semua terapis The Grove lewat lukisan, mengingat kegiatan melukis adalah kecintaan Alicia. 

Setelah rentetan peristiwa di paragraf atas, pada satu malam, Theo mengikuti Kathy sampai ke titik pertemuan dengan Nicole. Kecurigaan Theo tidak terbukti karena yang muncul dihadapan Kathy, benar-benar Nicole dan bukan selingkuhan dalam surat elektronik milik istrinya yang pernah dibaca oleh Theo.

Jalan cerita kembali ke The Grove. Theo dan Yuri memperkenalkan ruangan khusus untuk Alicia dapat bebas melukis sesuka hatinya. Alicia cukup senang dengan hal ini dan segera melukis sesuatu. Hari demi hari Alicia dibiarkan berada di dunianya sendiri. Alangkah terkejutnya Theo, Alicia ternyata melukis pemandangan The Grove yang dilalap oleh api dan Alicia digendong Theo ditengah kebakaran. Akan tetapi, lukisan pemandangan tersebut tidak dapat dimengerti oleh Theo, apakah dirinya dalam lukisan akan melempar Alicia ke api atau Theo akan menyelamatkan Alicia dari kebakaran tersebut. Selesai melihat lukisan, Theo menyambut tetangga lama Alicia yaitu Barbie. Percakapan singkat terjadi diantara mereka. Barbie berhasil meyakinkan Theo supaya mengunjungi rumahnya untuk mengetahui lebih jelas kehidupan Alicia dan Gabriel dulu. Di tempat Barbie, Theo mengetahui bahwa Alicia diawasi laki-laki misterius dari jauh dan hal ini membuat Alicia cukup ketakutan. Barbie mengaku hanya dirinyalah yang mengetahui Alicia memiliki pengintai misterius karena Alicia tidak pernah sekalipun menceritakan hal ini kepada suaminya. 

Ketika Theo kembali ke The Grove untuk kerja, Theo dikabari rekan sejawatnya bahwa Alicia telah menusuk mata pasien lain dengan kuas lukis. Pasien malang tersebut bernama Elif. Theo mengetahui alasan penusukan Alicia setelah menginterogasi Elif di ruang gawat darurat, ternyata Elif menulis kalimat senonoh di kanvas lukisan pemandangan The Grove terbakar sehingga memicu amarah Alicia. Elif blak-blakan memberitahu Theo bahwa sepengamatannya, tindakan Theo yang sangat memperhatikan Alicia berdasarkan cinta romantis pada perempuan itu. Theo tidak membantah dan juga tidak membenarkan. Selanjutnya, Theo menghadiri rapat darurat sebagai respons insiden Alicia. Rapat darurat tersebut dihadiri oleh Diomedes, manajer The Grove Stephanie, dan Christian. Stephanie dan Christian bersikukuh untuk mengisolasikan Alicia. Diomedes memberi tahu Theo bahwa semua jadwal pertemuan bersama Alicia tidak akan pernah ada lagi. Setelah rapat, Theo pergi menemui Alicia dan dia terkejut Alicia menyodorkan diari miliknya kepadanya untuk dibaca. 

Di dalam diari, Alicia menyingkap bahwa ada yang mengawasi dirinya. Di rumah atau ketika Alicia keluar dari rumah. Akan tetapi, Alicia tidak dipercaya oleh dokter privat dan suaminya ketika mereka diceritakan tentang laki-laki pengintai ini. Dokter privat memberi beberapa butir pil untuk menghilangkan paranoid yang dirasakan Alicia. Tindakan dokter privat ini berdasarkan desakan Gabriel yang menurutnya, istrinya telah berlebihan dalam menyikapi laki-laki misterius ini. Alicia pura-pura menerima pil tersebut supaya Gabriel puas. Di hati Alicia, dia menyimpan asumsi bahwa pengawas misterius memiliki niat jahat untuk menyerangnya. Di bagian penutupan dalam diari, Alicia menceritakan pengintai ini telah berhasil membobol keamanan rumahnya dan dirinya dalam keadaan bahaya.   

Theo menutup diari dan merasa tidak asing dengan nama Dr. West yang bertindak sebagai dokter privat Alicia. Theo berhasil mengandalkan ingatannya bahwa nama West adalah nama belakang Christian, maka Theo pergi menemui laki-laki tersebut. Christian ketakutan ketika dikonfrontir karena Theo mengetahui rahasianya yaitu melangkahi sumpah dokter demi merawat Alicia. Christian menceritakan hasil perawatannya terhadap perempuan itu bahwa Alicia delusional, kurang empati, dan paranoid yang tidak mampu dibantu lagi. Di lain sisi, Theo tidak sependapat dengan Christian, malah Theo percaya justru Christianlah yang tidak mampu memahami orang. Theo menemui Alicia sambil membawa diari miliknya untuk dikembalikan. Sebelum berpisah, Theo menanyai Alicia tentang Christian tetapi, raut wajah Alicia berubah menjadi kecewa. Akhirnya, Theo berupaya mencari jawaban lain sendirian.

Kathy yang berada di rumah memberi tahu suaminya akan segera pergi. Theo mengizinkan tapi, dengan syarat Kathy mau ditemani Theo. Kathy menolak sehingga mau tidak mau Theo menurut. Lagi-lagi api cemburu muncul di hatinya dan bergegas keluar rumah untuk mengikuti istrinya secara diam-diam. Ketika sampai di taman, Theo sedih karena Kathy bermesraan dengan selingkuhannya dan berlanjut menguping mereka di tengah keduanya sedang berhubungan badan. Theo ingin sekali membunuh selingkuhan Kathy saat itu juga tapi, membatalkannya karena jika Theo melakukan hal ini, dia mirip dengan ayahnya yang selalu menyelesaikan masalah memakai kekerasan. Menjadi pribadi yang mirip ayahnya adalah hal yang paling dibenci Theo. 

Di The Grove, Theo menceritakan isi diari Alicia kepada Jean-Felix, tante, saudara ipar, dan sepupu dekat Alicia. Tapi, hanya Paul yang mau diajak mendiskusikan beragam hal di dalam diari sepupunya. Theo pergi menuju Cambridge. Paul mengakui telah berbohong pada Theo soal tidak pernah melihat Alicia selama bertahun-tahun tapi, dia sekali lagi berbohong tentang jumlah uang yang diterimanya dari Alicia untuk membayar hutang miliknya. Selanjutnya, Paul mengajak Theo untuk naik ke atas atap rumahnya. Di atas atap, Paul berujar tempat "mati"nya Alicia adalah ini. Maksud dari Paul adalah Alicia mendengar dari atap, ayahnya ingin Alicialah yang mati, bukan istrinya. Ucapan ayah Alicia tersebut terlontar beberapa minggu paska kecelakan mobil yang menewaskan istri tercinta. Theo mendapat pencerahan dan kembali ke The Grove untuk menjadikan informasi ini sebagai langkah pasti yang mampu menggerakkan Alicia untuk bersuara. Theo berhasil dan pertama kalinya selama enam tahun, Alicia membuka mulut untuk memaparkan peristiwa enam tahun lalu yang sebenarnya. 

Perkembangan yang bagus untuk Alicia tapi, semakin Theo bahagia oleh keberhasilannya, hidupnya justru tanpa sadar perlahan runtuh. Rasa bersalah, amarah, dan trauma masa lalu berbaur menjadi satu dengan kenyataan yang saat ini dihadapi Theo. Mungkin terlalu berat untuknya. Mungkin setelah Alicia, Theo yang seharusnya meminta pertolongan untuk diobati. 

FINAL NOTE FROM ME


Oke, cukup. Sampai disana saja penulis jabarkan jalan cerita novelnya. Bagian seru justru dimulai ketika Alicia sudah berbicara kembali. Lebih baik pembaca saja yang merasakan keseruannya. Sekarang di sesi 'Final Note' ini, karena penutupan, maka penulis akan menuangkan penilaian terhadap The Silent Patient.


Alex Michaelides

Penulis tidak pernah mengenal nama Alex Michaelides, penulis baru mengetahuinya lewat novel perdananya ini. Penulis melanjutkan penelusuran atas sosok ini dan menemukan fakta bahwa Alex rupanya screenwriter. Projek film yang pernah dimintai tolong untuk dibantu olehnya adalah The Devil You Know (2013) yang diisi dengan artis seperti, Rosamund Pike dan Jennifer Lawrence. Film satu lagi  adalah The Con is On (2018) yang dimainkan oleh artis Uma Thurman dan Sofia Vergara. Kedua film tersebut bergenre kriminal dan kerahasiaan, mungkin karena sudah terbiasa dengan dua genre itu, maka The Silent Patient disetting serupa tapi, menambahkan genre psychological horror yang cukup intens. 


Kemudian, Alex mencampurkan mitologi Yunani (Alcestis) yang diceritakan ulang dengan sedikit perbedaan dari cerita aslinya sebagai langkah untuk memeriahkan latar dan metafora dalam melukiskan kehidupan modern, isu rumah tangga, kesehatan mental, masalah pendanaan yang sering dialami oleh institusi yang bergantung pada dana hibah, dan kekurangan seorang psikiater. Ini usaha yang sangat bagus dan Alex berhasil menikahkan mereka dalam satu karya. 

Dari The Silent Patient juga, penulis belajar Alcestis karena mitologi ini sama sekali belum pernah dipelajari. Belajar gratis dari cerita di novel (atau karya lain yang seru misalkan, video game, movie) merupakan suatu hal yang paling disukai karena tidak didapat ketika kerja dan interaksi dengan orang awam sehari-hari (tentang hal ini harus perlu pendekatan lengket dulu untuk baru tahu ternyata orang tersebut suka juga dengan sesuatu yang penulis sukai, tapi hal ini di dalam kehidupan penulis sangat jarang kejadian. Mungkin selera penulis membuat boring banyak orang :(). 

Genre The Silent Patient yang gado-gado berhasil merajut sebuah petunjuk kecil-kecilan yang tersebar di dalam tiap bab yang membuat pembaca enjoy untuk memecahkan teka-teki misterius ini, pembaca seolah-olah diajak menjadi seorang detektif. Pengalaman penulis dengan hal ini benar-benar wiiiiillddd riiidddeee! Pengalaman pertama membaca novel detektif dicampur psychological horror tidak mengecewakan. Novel ini cukup 'mengelem' perhatian penulis padanya persis ketika membaca novel judul lain. Setelah The Silent Patient mungkin penulis akan mencari novel seperti ini lagi. Maaf saja, penulis lebih banyak mengoleksi novel klasik (semacam Jane Austen, Charles Dickens, William Shakespeare), novel dramatis, dan novel romance yang kebanyakan impor (bukan maksud menyombongkan diri nih.... Bacaan penulis cenderung impor karena lebih terbiasa).  

Banyak novel yang dijanjikan akan menakjubkan dan tidak mudah membuat bosan pembacanya. The Silent Patient masuk menjadi salah satunya. Dikarenakan novel ini bisa nyaris melupakan tidur saking serunya, maka tanpa ragu The Silent Patient harus berada di daftar teratas buku terbaik genre crime dan psychological horror yang pernah dibaca. 

Penulis sangat menikmati membaca The Silent Patient dan selama membalikkan lembar per lembar halamannya selalu menantikan jawaban apakah Theo berhasil membuat Alicia mengakhiri kebisuannya. Antisipasi bertanya-tanya dalam hati di satu bagian cerita apakah ini momen kesuksesan Theo, mengubah suasana buku menjadi menegangkan. Ketegangan yang dirasakan penulis dikendalikan dengan baik oleh Alex lewat tulisannya. Karena dikendalikan dengan baik, penulis tidak menutup buku, malah terus ingin baca.

Semua isi percakapan yang ditulis Alex untuk karakternya memang sangat ordinary dan menjemukkan tapi, berkat kemampuan luar biasanya yang bereksperimen kecil-kecilan mencampur suspense, sudut pandang karakter, dan waktu di dalam dialog antar karakter sehingga sesuatu yang ordinary itu menjadi outstanding dan tanpa cela. 

Terakhir, penulis tidak mempermasalahkan ending di dalam novel ini. Bagi sebagian orang mungkin menilai ending agak far-fetched. Ending cukup entertaining di mata penulis. Akhirnya, Theo calmly accepts his final fate. Penulis sama sekali tidak memprediksinya.

Penulis telah memberikan pujian untuk novel debut Alex satu ini, tapi penulis memiliki beberapa penilaian yang bisa memperbaiki Alex untuk novel selanjutnya. Alasan penulis tidak memberikan nilai 5 bintang, melainkan 4.6 bintang, sepertinya Alex masih terkendala dengan English grammar yang benar karena menemukan kesalahan tata bahasa lumayan banyak dalam narasi dan dialog karakter. Ini sangat disayangkan, terlebih menemukan fakta bahwa Alex memiliki degree di bidang Sastra Inggris (English Literature). Karena ini sudah terjadi, penulis mempertanyakan kecakapan proofreader yang ditunjuk, kok bisa tidak teliti saat melakukan pengecekan ejaan dan tata bahasa.....??? I feel so irked for the confounding misuse of typos and it was horrifying! 

Alasan kedua yaitu semua karakter hanya one dimensional dan jujur saja, ini membosankan. Pengembangan karakter yang nyaris tidak ada ini, membuat penulis tidak memiliki koneksi kuat dengan para karakternya. Mereka tidak memberikan 'rasa' terhanyut dengan kerumitan masalah yang dimiliki masing-masing. Sedikit tertolong sih dengan Alex memvariasikan dialog karakter cukup bagus sehingga not entirely boring dan masih ada charm yang membuat penulis rela membalikkan halaman untuk mengetahui kisah selanjutnya.

So far as I'm concerned this book was hard to put down and ended with a shocking twist! I quite liked this book and devoured it in short times! Slated to be a motion picture, eh? I hope it's half as good as the book :)  







~THE END~











* Disclaimer: Courtesy of  Google Images.  The material published on this website is intended solely for general information and reference purposes and is not legal advice or other professional advice.  

 




  

     

Comments