Quiet: The Power of Introverts in a World That Can't Stop Talking

by: Nabila Rhapsodios




INFO PRODUK

Judul: Quiet
Sub-Judul: The Power of Introverts in a World That Can't Stop Talking 
Pengarang: Susan Cain
Penerbit: Penguin Books
Bahasa: Inggris
Tahun Terbit: 2013
Jumlah Halaman: 333


PROLOG

Libur Natal tahun 2016, tepatnya 24 Desember, sebelum penulis dan kekasih akan berlibur terpisah dengan agenda masing-masing, kita menyempatkan waktu dulu untuk berkunjung ke sebuah mal di Pd. Indah. Bukan jalan-jalan namanya bila tidak menyempatkan diri datang ke toko buku. Namun, kali ini, penulis sama sekali tidak minat ingin beli buku apa-apa karena dua hal, pertama, belum sempat mengecek buku bagus apalagi untuk dibaca di internet, kedua (faktor kedua inilah yang lebih besar beri pengaruh ke penulis), sudah mulai susah mencuri-curi waktu baca buku di tengah-tengah padatnya tugas beserta aktivitas kuliah pascasarjana. Buku yang benar-benar terakhir dibaca ketika Desember tahun itu adalah buku intorver karangan Marti Olsen (baca: The Introvert Advantage: Berkembang dan Berhasil di Dunia Ekstrover) dimana juga ditamatkan dalam waktu agak lama. Oh iya, ngomong-ngomong tinjauan buku itu sudah ada di blog ini, mampir ya jangan lupa! Hehe.

Toko buku yang beruntung dikunjungi adalah toko buku spesialis buku impor bertempat disebrang "kota elektronik". Penulis masuk hanya menemani kekasih. Daripada bosan mengikuti dia kemana-mana dan menungguinya saat memilih buku dan mencari buku yang semoga masih dipajang yang pernah dilihat sebelumnya di waktu-waktu lampau, penulis iseng memindai rak-rak buku di kiri-kanan, depan-belakang... Tidak ada satupun yang memanggil untuk didekati. Rupanya juga, pencarian dia pun tidak membuahkan hasil. Oke, kita memutuskan hengkang dari itu toko buku. Eh, tiba-tiba, di rak dekat pintu masuk/keluar (bukan rak yang melekat di dinding, tapi yang persegi di atas lantai) ada buku bahasan introver lagi! Fokus pertama mata penulis adalah lingkaran warna oranye dulu, bukan judul/sub judul, untuk benar-benar memastikan bahwa buku yang tidak sengaja dilihat ini membahas introver. Judul dan sub judulnya memang sukar dilihat karena pengaruh desain huruf pakai warna putih (perak atau abu-abu?) dan lighting lampu toko yang juga sama-sama putih. Warna oranye yang terang benderang di sampul sungguh-sungguh menghentikan sementara langkah kaki penulis supaya mendekat, mengangkat dari rak, dan meneliti buku... 

Buku pun ditaruh kembali ke rak karena ada perasaan tidak bisa baca sampai tamat. Keluarlah kita berdua. Tiba waktu makan siang, otak tetap digelitiki penasaran sama itu buku bahkan sampai mengecek di internet perihal penilaian terhadap bukunya dan ya, responnya memang bagus sekali di hampir semua publikasi kenamaan. Tidak bisa dihalau kekuatan godaan yang dipancarkan dari buku itu sepanjang makan siang di saat itu dan jelajah mal. Sebelum pulang, kita pun kembali ke toko buku impor yang sama untuk beli buku yang berhasil menggoda penulis.

Quiet: The Power of Introverts in a World That Can't Stop Talking ditulis dari seorang introver untuk introver bahkan untuk lawan dari introver yaitu ekstrover. Buku non-fiksi karangan Susan Cain ini, berhasil memenangi buku laris New York Times dan telah diterjemahkan ke dalam 36 bahasa, telah muncul di dalam banyak daftar "Buku Terlaris", dan dianugrahi buku nomor 1 untuk tahun 2012 oleh majalah Fast Company dimana pengarangnya pun dianugrahi gelar sebagai salah satu Orang Terkreatif di Bidang Bisnis. Buku milik Cain yang ini pernah dijadikan sampul cerita utama majalah TIME Magazine, tulisan-tulisan miliknya berkenaan pemberdayaan orang-orang introver seperti di ranah Kepemimpinan, Komunikasi, dan Bisnis telah terbit di berbagai publikasi semisal The New York Times, The Atlantic, dan The Wall Street Journal

Penasaran seperti apa isi bukunya setelah baca prolog? Mengapa sampai dielu-elukan Buku Terlaris dan menang NYT? Skrol layar ke bawah untuk mengetahuinya!


ISI

Wahai pembaca, apakah pernah merasa (entah kadang-kadang atau selalu) tidak terlampau nyaman berada di kelompok-kelompok besar? Andai boleh memilih, lebih ingin berkecimpung di dalam pembicaraan intim satu-lawan-satu? Wahai pembaca, apakah lebih memilih menghabiskan waktu di rumah dengan melakukan serangkaian kegiatan 'dalam kesendirian dan keheningan' seperti membaca buku bagus, menonton acara TV favorit, main video game, mendengarkan musik, atau menulis di Jumat malam maupun akhir pekan sementara keluarga dan teman-teman keluyuran ke kafe, mal, tempat rekreasi bahkan bisa sampai lewat tengah malam? Apabila semua ini diiyakan, ada peluang bahwa pembaca merupakan seorang introver. 

Izinkan penulis menyampaikan dua pesan, baik bagus dan buruk. Pesan baiknya adalah jangan berkecil hati apabila terlahir sebagai introver, manusia introver bertebaran banyak dibandingkan yang pembaca pikir. Kalian tidak sendirian di dunia ini walaupun kadang-kadang muncul perasaan "Kayaknya aku sendiri deh yang introver." Berita buruknya adalah perlahan-lahan dunia ini diambil alih oleh sifat atau ciri-ciri ekstrover, terutama di dunia Barat. 

Quiet adalah buku non-fiksi dan harus diakui non-fiksi yang bagus. Buku ini merupakan kombinasi analisis dan penelitian menyeluruh, penjelasan tentang berbagai bidang dalam psikologi, ditambah anekdot dari penulisnya tentang situasi sosial, semuanya berfokus pada gagasan introversi. 

Di dalam buku ini, pengarangnya menyajikan gambaran seperti apa hidup di dunia untuk para introver yang kini didominasi oleh kultur para ekstrover. Buku Quiet berfokus pada penelitian sains tentang tingkatan introver/ekstrover dimana adalah dua temperamen yang saling bersebrangan, perbedaan-perbedaan yang diidentifikasi disini adalah bagaimana keduanya berinteraksi dan berpikir, cara terbaik untuk mengatasi semua ciri-ciri ini yang tampaknya untuk menahan diri kita ketika situasi memaksa untuk dikerahkan. Cain mendorong semua kalangan untuk ikut merangkul para introver dalam tiap kesempatan, pengarang ini di dalam semua tulisannya selalu bertanya-tanya bagaimana sekolah-sekolah, tempat kerja, perekonomian sebuah negara / dunia, dan dalam mendidik anak akan berbeda apabila ekstroversi dan introversi diterima sama rata. Demikianlah, Cain berupaya mendesak akan adanya perubahan disana sembari memberi saran kepada para introver untuk tetap berfungsi di dunia yang tidak henti-hentinya ceriwis sekaligus menawarkan saran di dalam komunikasi, kerja, hubungan antara orang-orang yang memiliki temperamen berbeda satu sama lain.   

Buku ini menampilkan kepada pembaca sebuah sejarah atas bagaimana kultur dunia Barat berubah dari mengagungkan kultur atas karakter menjadi sebuah kultur atas personalitas yang dimana ciri-ciri ekstrover menjadi ukuran ideal dalam pergaulan dan dalam semua sektor di dunia, orang-orang yang alami lahir sebagai introver tidak dihargai dengan baik sehingga muncullah label bahwa introver = penyakit & inferior. Karenanya, orang-orang cakap berbicara dan blak-blakan dilihat sebagai pemimpin. Namun, Cain berupaya untuk mengusir pikiran bahwa orang-orang bersifat diam adalah orang yang tidak mumpuni memimpin siapapun dan mengendalikan apapun. Pembukaan buku Quiet melampirkan kisah tokoh-tokoh terkemuka seperti Rosa Parks, Frederic Chopin, dan Steve Wozniak atas bagaimana mereka memberi kontribusi hebat ke dalam masyarakat melalui diam, ketenangan, dan kesunyian yang dimiliki oleh mereka. Mereka lebih memilih begitu dibandingkan menjadi seorang individu yang ceriwis dan blak-blakan. Kisah-kisah tokoh tersebut adalah sepotong contoh dari buku yang ditunjukkan oleh Cain kepada pembaca kekuatan diam dan introversi di dalam dunia yang suka sekali berbicara.  

Cain menulis buku Quiet dengan cakap terutama di bagian penekanan bab-bab yang mengulas penyajian bagaimana sebuah budaya lebih menyukai ekstroversi dan mencemooh orang-orang introver. Memang buku ini mengulas kekuatan pada diri introver supaya meningkatkan kepercayaan diri mereka, istilah singkatnya, introver > ekstrover, tetapi, semakin lama lembar per lembar halaman bukunya Cain melakukan tugas luar biasa dalam menantang introver untuk tumbuh di dalam bidang-bidang tertentu. Tambahan pula, Cain menantang para ekstrover untuk cobalah mengerti dan mempertimbangkan keuntungan-keuntungan beserta manfaat-manfaat yang bisa diberikan oleh para introver. 

Quiet menolong introver supaya paham atas bagaimana dualitas ekstrover / introver ada di dunia serta bagaimana introver-introver dapat mempelajari untuk berfungsi / bermain peran menjadi seorang ekstrover, khususnya di dalam situasi-situasi profesional dan sosial, dan paling utama di Barat (contoh paling menonjol dalam buku adalah negara Amerika Serikat) dimana secara budaya adalah ekstrover ekstrim. Paparan buku ini juga menjelaskan bagaimana para individu dari budaya berbeda sering bergulat sangat keras dengan sistem nilai-nilai budaya Amerika, spesifiknya adalah sistem kegiatan belajar mengajar dimana sifat keterusterangan serta keandalan dalam berlisan ditambah dengan ketegasan acap kali dinilai sebagai sifat yang paling dimahkotai teratas dan dapat acungan jempol. Sebaliknya, para individu yang terindikasi memiliki karakteristik introver, malah membuat pengajar frustrasi dan akibatnya timbullah sikap 'menyisihkan mereka'. 

Aspek naratif lain yang berharga dari Quiet  adalah semua situasi digambar di dalam bab-bab berbeda, misalnya konflik diantara pasangan suami-istri dimana sang suami adalah seorang ekstrover dan sang istri adalah seorang introver. Suatu hari, sang suami memiliki ide yaitu mengadakan pesta kecil dan makan malam setiap Jumat malam untuk teman-temannya di rumahnya. Sang istri merasa ngeri dengan ide suaminya itu sampai-sampai menilainya sebagai ide terburuk yang pernah disampaikan kepadanya. Tidak hanya buku mengikuti alasan-alasan konflik mereka dan menafsirkan mereka dari sudut pandang seorang ekstrover / introver tetapi, juga mengamati bagaimana gaya argumen-argumen yang dimiliki oleh keduanya (ribut-rusuh-lantang melawan diam-sangat tenang) lebih jauh memperburuk masalah atau meredakan masalah yang telah muncul di antara mereka berdua. 

Cain juga memperhitungkan bagaimana dunia siber dan khususnya sosial media telah memperbaiki wadah-wadah interaksi yang mumpuni untuk para introver berinteraksi di dalamnya dan mengapa komunikasi di dalam komunitas-komunitas siber sering serba unik daripada interaksi yang dilakukan secara tatap muka. 

Bagian yang tidak luput dibahas adalah kepemimpinan. Cain berbicara panjang lebar terkait pandangannya yang dimana menurutnya para introver sangat tidak dianggap bernilai untuk menduduki posisi pimpinan. Dia memegang kepercayaan bahwa para ekstrover dinilai sebagai "lebih unggul, lebih menawan, dan lebih diperlukan" dan introversi diperhitungkan sebagai sebuah "sifat kelas dua". Perspektif ini timbul dari pengarangnya yang seorang introver dan banyak pengalamannya di dunia profesional. Persepsi umum yang ada bahwa ekstrover adalah pembicara paling efektif dan karenanya, cocok ditunjuk sebagai pemimpin terbaik. Berangkat dari semua ini, akhirnya, Cain menjelajah gaya kepemimpinan beraneka ragam dan bagaimana pemimpin-pemimpin introver di bidang bisnis sering menggapai hasil-hasil akhir yang sangat berbeda dan mencengangkan (dalam arti positif), kadang-kadang melebihi laju/taraf kesuksesan dari milik pemimpin dan CEO yang ekstrover. 

Sebagaimana Cain fasih menarasikan isi bukunya, para manajer sekaligus pemimpin hendaknya "tingkatkan sampai titik tertinggi kekuatan milik introver-introver dimana orang-orang ini merupakan orang-orang yang dapat menolong Anda berpikir secara mendalam, menyusun strategi, memecahkan masalah-masalah rumit, dan melihat berlian di dalam tambang batu bara." Semua ini pastinya kualitas-kualitas yang bernilai dan dihargai di dalam diri pemimpin-pemimpin di semua bidang. Quiet menawarkan wawasan-wawasan baru dan akan menjadi sebuah sumber informasi bernilai untuk para manajemen-manajemen profesional. Tambahan, buku ini membantu meruntuhkan kepercayaan bahwa individu-individu ekstrover adalah superior dan menyajikan sebuah perubahan persepsi yang sangat dibutuhkan untuk para introver berkeinginan menjadi pemimpin atau CEO.  

Sebagai penutupan, Cain mendorong para pembaca untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan menempatkan diri dalam situasi yang sesuai dengan kepribadian dan bukannya memaksakan diri dalam situasi yang tidak nyaman. 



Final Note: 

Setelah baca buku introver karangan Marti Olsen, saya mencoba memberi kesempatan pada buku ini untuk saya tamatkan dan ternyata buku ini lebih menyentuh sanubari secara langsung, inti saya sebagai seorang makhluk bernama manusia. Quiet lebih mempesona, saya sangat cinta pada buku ini dan benar-benar akan saya rekomendasikan kepada sesama introver di luar sana atau kepada penyuka bidang psikologi. 

Apabila kalian mengiyakan sedikit pertanyaan di atas, barangkali pembaca senang sekali dengan waktu menyendiri untuk diisi dengan membaca, kontemplasi, mengkhayal cerita baru, dan mengisi kembali "baterai" kalian daripada pergi kesana kemari atau berpesta. Ini bukan berarti kalian anti-sosial, kalian hanya mencari lingkungan atau lebih suka menenggelamkan diri pada pembicaraan benar-benar bermakna dan berfaedah dengan jumlah lawan bicara yang katakanlah 1 sampai 5 orang dibandingkan terjebak di dalam sebuah kelompok diskusi yang berisik, banyak omong, dan apa yang dibicarakan bisa dikatakan... tidak ada.  

Introver, Quiet akan membuat kalian merasa bahwa kalian bukanlah makhluk ganjil dan orang aneh. Kalian tidak perlu "pecahkan cangkang dan lahir sebagai individu baru." Nyatanya, banyak introver tersebar di sekeliling kalian. Kata buku ini, orang-orang introver mendiami bumi hampir setengahnya. 

Cain menyelesaikan buku ini dengan bagus sekali perihal penjelasan kekuatan-kekuatan dikalangan introver dan ekstrover serta sejarah koheren atas bagaimana Barat akhirnya sangat mengelu-elukan karakteristik ekstrover. Namun, buku karangannya yang satu ini mengingatkan kita bahwa masyarakat Barat dan masyarakat bukan Barat juga, sebenarnya perlu introver di tengah-tengah kita juga. Individu-individu yang dijuluki sebagai sang pemikir, sang pendengar, mereka merupakan kumpulan individu yang melihat-lihat atas-bawah-kanan-kiri dengan beragam pertimbangan sebelum terjun ke jurang atau melangkah ke jalan setelahnya. Nama-nama seperti Isaac Newton, Lewis Carrol, Al Gore, Gandhi, J.K. Rowling adalah para introver, mengejutkan kalian bukan? 

Cain yang seorang mantan pengacara menyadari bahwa dunia perusahaan tidak sesuai untuknya, dibekali dengan setumpuk pengalaman malang melintang menangani klien dari latar beragam akhirnya, berinisiatif menyajikan sebuah tulisan dan pandangan atas bagaimana jawara-jawara masyarakat ideal saat ini lebih cenderung ke arah kompas ekstrover. Mereka-mereka yang berbicara cepat, lugas, dan lantang (walaupun tidak berbicara apapun) dapat kenaikan pangkat dan dipuja-puji. Kerja kelompok didukung dan tidak ada kata "saya" di dalam kelompok, sekarang ada? Setelah menamatkan buku ini, saya jawab pertanyaan itu: ada. Namun, para introver, kumpulan individu yang berusaha keras untuk fokus sementara orang-orang disekitar mereka sangat ceriwis dan bercoleteh tiada henti, memiliki banyak kontribusi. Tetap saja, para introver sering kali dikesampingkan atau disisihkan. Menjadi pribadi yang diam, "misterius", tertutup, tenang, atau pemalu masih dikatakan oleh banyak orang sebagai sebuah permasalahan atau kecacatan untuk ditanggulangi di dunia profesional dan lingkungan kerja sehingga saya paham motivasi Cain untuk menulis tantangan nyata untuk seorang introver berkecimpung di dalam dua hal tersebut. 

"Temukan siapa dirimu" adalah kalimat yang remeh, iya sih seolah-olah buku ini khusus ditulis untuk saya dan sesama introver! Cain memilah tiap-tiap bab apa arti terlahir introver. Ternyata, masuk ke dalam kategori introver tidak buruk-buruk amat. Saya punya talenta dan bakat. Saya punya tempat dan peran dimana saja dan bukan salah saya kalau saya tidak selalu buka suara dan membuat suara saya terdengar. Banyak alasan untuk hal itu, ada alasan fungsi-fungsi tempat kerja, siapa yang merekrut kita, dan lingkungan sosial. Lalu, biologis, orang tua, lingkungan terdekat kita yang membuat kita adalah kita yang introver. Ya, biologis adalah alasan teratas, sisa-sisanya melipatgandakan sifat introver yang tertanam dalam diri kita. Hanya karena perkataan banyak orang di luar sana, seperti di sekolah / kampus dan tempat kerja mencoba memberitahu kita bahwa pribadi yang diam, tertutup, tenang, kemudian, mendengar dan merenung atas banyak hal adalah salah sehingga atas dorongan yang disebutkan sebelumnya, memaksa introver hendaknya cepat bicara dan memuntahkan apapun yang tersimpan di pikiran. 

Saya telah tahu bahwa saya adalah introver, sudah agak lama, sejak duduk di bangku SMP tetapi, Quiet sangat menyegarkan dan melepas bahwa ada orang di luar sana yang ternyata memiliki "masalah" yang sama. Saya tidak sendirian. Hal terpenting di buku ini, saya yang seorang introver dan kalian yang sama seperti saya ini, dapat memetik hal berguna: dipaksa muncul di depan tatapan publik yang jumlahnya tidak hanya 1 sampai 5 orang, bisa puluhan dan bahkan ratusan dengan memainkan introversi di dalam diri sampai ke tahap unggul di dalam dunia yang tidak henti-hentinya berbicara. 

Saya percaya, Quiet merupakan buku bacaan bagus untuk individu-individu introver dimana bercita-cita untuk menjadi pemimpin dan juga untuk institusi-institusi mencari pengetahuan atas bagaimana memberi sebuah lingkungan kondusif serta efektif untuk pemimpin-pemimpin introver bisa sukses. Karya Cain satu ini menyimpan banyak implikasi untuk banyak bidang yang sangat berat bergantung pada peran pemimpin yang tepat dikarenakan penekanan kuat dan terus ada dimana secara tradisional menempatkan pentingnya karakteristik-karakteristik ekstrover untuk kelancaran dan kesuksesan posisi pemimpin. 

Quiet adalah buku yang membuka mata dan wawasan, menawan, inspirasional, dan mungkin dapat mengubah hidup yang baca. Semua kata sifat tersebut dan banyak introver akan menemukan tip-tip dan info-info bermanfaat atas menangani kerjaan dan masalah-masalah sehari-hari dengan hanya menamatkan buku luar biasa indah ini.

Namun, titik lemah buku ini adalah bagai bentuk pengulangan dari buku introver seperti yang telah saya baca sebelumnya. Seringkali waktu, saya berpikir informasi terbaru apa yang bisa saya dapatkan dari Quiet dan sepotong informasi baru itu mungkin bisa dijadikan topik diskusi, dan banyak waktu yang saya habiskan untuk baca ini, tidak ada informasi yang benar-benar baru. Hanya menyampaikan bahan topik sama di dalam sebuah lingkaran dan diganti dari sudut pandang berbeda. Lalu, halaman serta paparan bukunya luar biasa panjang. Saya pecandu buku dan suka sekali baca, konsumsi membaca buku ini satu bulan. Secara tepatnya, saya tidak cepat bosan tetapi, Quiet memuat informasi sangat banyak sehingga buku ini perlu perhatian lebih ketika dibaca dan jangan dianggap sebagai bacaan ringan. Akhir kata, saya beri buku ini 5 bintang dari 5 bintang dikarenakan pesannya jelas. Introversi tidak pernah sebuah penyimpangan melainkan variasi dari sebuah norma. 



~FIN~

   

   






   










Comments