Re: Travelling to Infinity -The True Story Behind The Theory of Everything-

by: Nabila Rhapsodios



INFO PRODUK

Original

Judul: Travelling to Infinity
Sub-Judul: The True Story Behind The Theory of Everything
Pengarang: Jane Hawking
Penerbit: Alma Books
Bahasa: Inggris
Tahun Terbit: 2014

Edisi Terjemahan

Judul: Travelling to Infinity
Sub-Judul: Kisah Nyata Dibalik The Theory of Everything
Pengarang: Jane Hawking
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Bahasa: Indonesia
Tahun Terbit: 2015


Prolog

Penulis tidak tahu menahu siapa Jane Hawking dan Stephen Hawking sampai suatu hari di bulan 22 Februari 2015. Saat itu, penulis menonton siaran langsung Academy Awards (The Oscars) dan masuk sesi pengumuman siapa yang memenangkan Best Actor -Motion Actor for Drama-. Nama Eddie Redmayne tidak asing bagi penulis karena tahu dia ada di film yang pernah penulis tonton yaitu Les Miserables (2013). Disana Redmayne berperan sebagai Marius Pontmercy

Ketika melihat cuplikan adegan-adegan dirinya di film yang membawanya masuk Best Actor yaitu The Theory of Everything (2014), penulis diliputi rasa simpati dimana dia berperan sebagai pria berkursi roda dalam kondisi sakit yang sepertinya parah... Ditambah latar musik yang lembut mengalun saat nama Redmayne diumumkan sebagai pemenang... Spontan muncul di benak penulis rasa penasaran, "Apa itu 'The Theory of Everything?'" Rasa menggelitik penasaran semakin bertambah keitka dengar pidato kemenangan yang berterimakasih pada 'keluarga Hawking'. Oh? Ternyata ini film berdasarkan kisah nyata, added value yang tidak boleh terlewatkan. 

Meski penulis sudah mencari seluk-beluk Jane, Stephen, dan The Theory of Everything sekaligus keinginan tinggi untuk menonton kisah mereka, kesempatan belum datang untuk mewujudkan keinginan tersebut. Akhir April 2015, saat mengitari rak-rak buku di toko buku lokal ternama, mata tertumbuk pada sampul buku yang menampakkan Redmayne dan lawan mainnya yang menjadi love interest, tercetak pula disana nama filmnya. Karena sedang berhemat dan mengurus draf awal skripsi, autobiografi Jane terjemahan itu dilewatkan untuk sementara. 

Tadinya awal Mei 2015, menitip kepada saudara untuk dicarikan autobiografi ini di pameran buku murah / diskon di kantornya, rupanya tidak dijajakan lagi karena habis terjual. Cerita bergerak cepat, autobiografi dibelikan oleh *ahem* kekasih sebagai hadiah ulang tahun, gembira tidak terkira! Kemudian, autobiografi selesai dibaca dan HBO menanyangkan perdana film The Theory of Everything pertengahan 2015, barulah kesempatan menonton filmnya datang (padahal punya DVD-nya, tapi karena malas mengatur ribet kabel DVD jadi tidak pernah disentuh kasetnya). Seperti apa kisah Jane dan Stephen di dalam autobiografi dan perpanjangannya ialah filmnya? Akan penulis jabarkan di sesi berikutnya.


ISI

Jane Hawking adalah mantan istri dari ilmuwan genius di masa sekarang yaitu Stephen Hawking. Jane di tahun 1999 menulis autobiografi berjudul Music to Move the Stars: A Life with Stephen yang menceritakan pernikahannya dengan Stephen sampai perpisahan dan akhirnya perceraian mereka di tahun 1995. Pada tahun 2007, Jane menambahkan isi autobiografinya terdahulu dan dirilis ulang dengan judul baru yaitu Travelling to Infinity: My Life with Stephen yang kemudian diangkat ke layar lebar pemenang ragam penghargaan Internasional, The Theory of Everything di tahun 2014. Untuk mengenangkan momen film, buku karangan Jane diberi judul baru Travelling to Infinity -The True Story Behind The Theory of Everything- diluncurkan tidak lama filmnya mengudara. 

Di dalam buku, Jane menceritakan ulang cerita pernikahan dirinya yang luar biasa indah, perjuangannya melawan amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau nama umum dikenal di Britania Raya adalah motor neuron disease -sebuah penyakit langka yang perlahan-lahan membuat cacat yang diidap Stephen terus bertambah buruk-, elemen-elemen beragam hidup berumah tangga, dampak dari pencapaian kesuksesan dan ujung-ujungnya ketenaran terhadap dirinya sekaligus anak-anak mereka, perceraian traumatis, dan perdamaian bersama Stephen setelah cerai dari istri keduanya. 

Meski tahu Stephen mengidap penyakit langka dan diprediksi hanya bisa bertahan hidup 2 tahun setelah mengetahui hal ini, Jane yang masih berusia 21 tahun menentukan pilihan bersedia menikah dengannya dengan mengutip akan membuktikan prediksi dokter salah dan akan berjuang melewati ujian ini bersama. Kedalaman cinta yang dirasakan oleh Jane sungguh jelas di dalam bukunya sewaktu bercerita awal mula memutuskan menikah. 

Berpegang teguh pada janji yang ditujukan untuk dirinya sendiri, Jane membantu kebutuhan sehari-hari Stephen. Dia menyuapi makan, membantu memakaikan pakaian, membawa Stephen ke kampus-kampus untuk mengajar sekaligus presentasi di dalam kota atau luar negeri, dan di saat bersamaan berusaha membesarkan anak-anak. Mengejutkannya lagi karir Stephen melejit tajam tetapi tubuhnya berfungsi mundur di bawah serangan motor neuoron disease. Dikarenakan kondisi fisik Stephen semakin lama memburuk, Jane membuka ruang orang lain, suster-suster, dan asisten-asisten masuk ke dalam hidup keluarganya untuk membantu mengawasi serta mengurus Stephen 24 jam. 

Jane mencoba sekuat tenaga mengimbangi kebutuhan keluarganya dengan pengawasan 24 jam yang sangat dibutuhkan oleh Stephen. Saat di situasi ini, kadang Jane kehilangan jati diri, memaksakan diri terlalu keras, dan diliputi stres. Namun, dia bertahan maju dan menampakkan diri bahwa Jane adalah sosok yang memiliki kekuatan hebat dari dalam. Jane dan pencapaian-pencapaian suaminya merajut cerita luar biasa ditampilkan berbarengan keterbukaan serta kegigihan. Ketulusan Jane tidak kurang jelas ketika pernikahan berakhir di puncak kesuksesan Stephen. Stephen meninggalkan Jane untuk menikah dengan salah satu suster pribadinya dan Jane akhirnya menikahi teman lama keluarga yang dibinanya. 

Di dalam autobigrafi yang kadang lucu, sangat terbuka, mengharukan ini, Jane berkata kepada pembaca tidak hanya dilema menyakitkan dalam hubungan rumit di pernikahan pertamanya, tapi juga kesalahan-kesalahan berumah tangga bersama Stephen yang terkena efek dari kekayaan sekaligus ketenaran dimana salah satunya beralasan demi mempertahankan imej pernikahan bagai kisah dongeng di mata dunia diperparah dengan perilaku keras kepala, pandangan religius yang sangat kontras satu sama lain, dan terakhir "ikut campur" dari asisten beserta suster yang kesemuanya cukup membuatnya kewalahan. Jane mencoba mengajarkan kepada pembaca dimanapun optimisme, cinta, perubahan, dan pengorbanan akan beresonansi dengan mempertahankan sisi individualitas masing-masing sekaligus renungan elemen yang diperlukan untuk hubungan rumah tangga sukes, komunikasi satu diantaranya. Lebih jauh, dalam bukunya diperlihatkan bagaimana hal-hal berubah keruh di waktu proses perceraian dan paska vonis cerai. 


Film: The Theory of Everything

Film ini adalah film kedua yang mengangkat kisah Jane dan Stephen. The Theory of Everything merupakan sebuah film biografi dicampur drama romantis yang disutradarai oleh James Marsh dan skrip skenario diadaptasi dari autobiografi Travelling to Infinity: My Life with Stephen oleh Anthony McCarten. Serangkaian nama-nama seperti Eddie Redmayne (sebagai Stephen Hawking), Felicity Jones (sebagai Jane Beryl Wilde Hawking), Charlie Cox (sebagai Jonathan Hellyer Jones), Emily Watson (sebagai Beryl Wilde), Simon McBurney (sebagai Frank Hawking), Christian McKay (sebagai Roger Penrose), Harry Llyod (sebagai Brian), dan David Thewlis (sebagai Dennis Sciama) meramaikan film ini.

The Theory of Everything memperoleh pujian positif, masuk nominasi, dan menang di ajang penghargaan bergengsi Internasional. Film ini masuk empat nominasi Golden Globe Award dan berhasil menyabet trofi disini dalam kategori Best Actor -Motion Picture Drama- untuk Redmayne dan Best Original Score untuk Jóhann Jóhannsson. Masuk tiga nominasi di ajang selanjutnya yaitu Screen Actors Guild Awards dan membawa pulang trofi dalam kategori Screen Actors Guild Awards for Outstanding Performance by a Male Actor in Leading Role untuk Redmayne. Terdaftar sebagai calon pemenang di 10 nominasi dalam British Academy Film Awards dan menang di tiga nominasi yaitu Outstanding British Film, Best Leading Actor untuk Redmayne, dan Best Adapted Screenplay untuk McCarten. Kemudian masuk ke dalam lima nominasi The Oscars dan memenangkan Best Actor -Motion Action for Drama- untuk Redmayne. 

Movie Poster
The Theory of Everything tidak mengambil semua bagian di dalam buku. Yang diambil untuk fokus film adalah cerita kehidupan pernikahan Jane dan Stephen lalu kenaikan nama baik Stephen di mata dunia dan keretakan pahit rumah tangga mereka. Film ini adalah versi sederhana mengenal Jane dan pernikahan pertamanya pada publik. Namun, layaknya sebuah film adaptasi supaya ada tambahan nilai "jual", narasi film dibuat seromantis, semanis mungkin daripada kehidupan sebenarnya dan tentunya ada perubahan-perubahan sebagai pendukung. Perubahan-perubahan termasuk karakter Stephen dibuat lemah lembut dan lebih sensitif dibandingkan sosok aslinya seperti dijelaskan di dalam buku, keakuratan historis contohnya awal mula pertemuan Jane dan Stephen, terakhir tidak terlalu ditonjolkan sifat keras kepala Stephen dan penolakannya untuk dibantu oleh asisten atau suster karena penyakitnya. 

Pada 1963, mahasiswa Universitas Cambridge bertemu seorang perempuan dan menjalin asmara. Namanya adalah Stephen Hawking, mahasiswa Cambridge jurusan Astrofisika dan kekasihnya adalah Jane Wilde, mahasiswi jurusan Litelatur. Teman-teman dan dosen-dosen menyampaikan kekhawatiran terhadap perilaku Stephen yang "malas tapi brilian" karena tidak serius mengajukan topik tesis walaupun dia unggul di bidang Fisika dan Matematika. Setelah menghadiri kuliah umum tentang lubang hitam bersama Profesor Dennis Sciama, Stephen mulai serius merancang tesisnya dan menetapkan akan menulis perihal ruang dan waktu. 

Ketika sedang mempersiapkan tesis, Stephen dihantam berita tidak mengenakkan bahwa dia didiagnosis menderita motor neuron disease dimana waktu semakin bergerak maju, perlahan-lahan serangan penyakit ini akan total membuatnya tidak bisa berjalan, menelan, bernafas, atau menggerakkan semua otot dan syaraf tubuhnya. Dokter memprediksi hidup yang dipunya Stephen tinggal dua tahun lagi. Dokter memberitahu Stephen bahwa otaknya mampu berpikir normal dan tidak akan ada yang berubah tapi, nantinya orang-orang tidak bisa paham apa yang ada di pikirannya. Pemberitahuan ini menjadikan Stephen sebagai sosok mengunci diri, frustrasi, dan untuk mengesampingkan masalahnya dia hanya fokus pada tesis. Dia berusaha menjauhkan Jane dari hidupnya untuk menyelamatkan masa depan dirinya tapi, Jane bersikukuh akan berdiri tegak disampingnya dalam kondisi apapun. Sebelum pasangan muda-mudi ini menikah, Jane diperingatkan oleh ayah Stephen akan menemui waktu sangat sulit dalam merawat Stephen ketika kondisi putranya bertambah buruk, peringatan ini dimaksudkan menyelamatkan masa depan Jane yang masih panjang dan demi kebaikannya nanti. Mereka menikah di 1965 dan dua tahun kemudian, lahirlah satu putra. 

Datanglah waktu untuk Stephen mempresentasikan argumen teori dalam tesisnya yaitu lubang hitam selaku pencipta alam semesta, teori ini dinilai brilian oleh para Profesor. Stephen bersama Jane dan teman-teman mereka merayakan hal ini dan disini dia sadar serangan penyakitnya membuatnya tidak bisa jalan sehingga Jane membelikan Stephen sebuah kursi roda meski Stephen menolak habis-habisan memakai kursi roda.

Pada 1969, Jane dan Stephen menyambut anak kedua yang berjenis kelamin perempuan. Kelahiran putrinya ini memberi inspirasi untuk mengembangkan jarak penglihatan lubang hitam dan menjadi Ahli Fisika terkemuka sedunia. Selagi berfokus membesarkan anak-anak, kondisi kesehatan Stephen memburuk dan tiba-tiba memperoleh ketenaran, Jane tidak mampu menyelesaikan tesis yang sudah lama tertunda dan menjadi mudah frustrasi. Stephen paham atas kondisi istrinya, memberi izin pada Jane untuk mencari bantuan keringanan bebannya dari luar. Atas saran Ibu, Jane bergabung ke paduan suara gereja dimana dia bertemu dengan seorang duda bernama Jonathan Jones dan keduanya mulai berteman sampai-sampai dijadikan oleh Jane guru piano privat anaknya. Jonathan yang tidak lagi memiliki komitmen dan istri ditambah tidak dikaruniai anak, sukarela membagi waktu membantu Jane dan ikut merawat Stephen yang semakin sakit, berakhir dengan hasil dia berteman dengan anak-anak mereka.  

Jane dan Stephen dikaruniai seorang putra lagi, Ibu Stephen yang skeptis atas status ayah anak ketiga mereka meminta penegasan pada Jane apakah anak ini milik Stephen atau Jonathan. Jane secara alami tersinggung mendengar pernyataan ibu mertuanya ini. Sebelum bisa lanjut berdebat, Jonathan tanpa sengaja mendengar percakapan mereka. Merasa malu, Jonathan hendak pamit dari rumah keluarga Hawking yang kemudian dicegat oleh Jane. Ketika mereka sendirian, mereka berterus terang saling memiliki perasaan khusus. Mulai dari sini Jonathan menjauh dari kehidupan Jane dan Stephen. Tanpa diduga Jonathan dan diketahui oleh Jane, suatu hari Stephen tiba-tiba muncul di gereja untuk memohon pada Jonathan supaya tetap berada di sisi Jane karena keberadaan dirinya sangat dibutuhkan oleh istrinya.

Daripada Jane ditinggal sendirian di Inggris sementara Stephen akan menghadiri undangan menonton opera Wagner di Bordeaux, Stephen meminta Jane untuk mengatur liburan berkemah bersama anak-anak dan mengatakan dengan tegas untuk mengajak Jonathan bersama mereka. Liburan kemah terganggu dengan adanya telepon yang memberitahu Jane bahwa Stephen terserang pneumonia saat nonton Wagner lalu dilarikan ke rumah sakit dan dalam kondisi kritis. Setibanya di rumah sakit, Dokter memberi Jane pilihan untuk tidak meresusitasi atau melakukan tindakan trakeostomi yang akan mencuri kemampuan berbicara Stephen. Jane mengambil pilihan trakeostomi walau Dokter menyarankan untuk ambil pilihan pertama karena percaya suaminya tidak akan selamat melewati operasi.

Beradaptasi dengan keadaan Stephen yang bisu, Jane awalnya mencoba mengajar suaminya papan huruf sebagai sarana komunikasi tetapi, Stephen menolak berkomunikasi dengannya sehingga mendesak untuk mendatangkan suster pribadi bernama Elaine Mason sebagai penghubung Jane apa yang dimau Stephen. Kemudian hari, Stephen mendapat komputer yang di dalamnya ada program suara sintesizer dan menggunakannya untuk menulis buku A Brief History of Time yang sangat laris skala Internasional. 

Pada suatu malam, Stephen berkata pada Jane bahwa dia mengundang Elaine untuk ikut bersamanya ke Amerika. Mereka setuju untuk cerai dan tampaknya Stephen dan Elaine saling jatuh cinta dan di lain sisi, Jane dan Jonathan bersatu kembali. Stephen mengundang Jane untuk menemaninya menemui Ratu Elizabeth II dan bersama menghabiskan momen bahagia ini bersama tiga anak yang mereka ciptakan. 

Penutup tambahan film ini adalah menampilkan beberapa kejadian di hidup mereka yang bergerak mundur dan sampailah di hari Jane dan Stephen bertemu pertama kali. Layar berubah hitam dan tertulis info kehidupan terbaru karakter-karakter di film The Theory of Everything. 



A Note:

Berbicara mengenai buku dulu. Menurut saya, buku ini terbelah ke dalam dua campuran you either love or hate; entah kalian mencintainya atau membencinya. Butuh waktu agak lama menghabiskan halaman per halamannya, tapi saya pikir kombinasi antara kepanjangan kalimat narasinya dan adanya keinginan tidak mau menamatkan buku. Saya cepat jatuh cinta pada Jane dan keluarganya, sanggup membuat saya ikut merasa sakit hidup 25 tahun merawat suami yang menderita penyakit parah dan pada sebegitu indah Jane menyampaikan kisah perjuangan dan kemenangan dalam membangun rumah tangga bersama Stephen. Dorongan kuat, kekuatan yang datang dari dalam, dan kepandaian Jane, mengena di sanubari dan memberi inspirasi luar biasa indah. 

Merasa terhormat dan senang membaca autobiografi dimana isi ceritanya ditulis sangat dalam menceritakan hidup bersama penyandang cacat yang akhirnya menjadi ilmuwan hebat. Awal bagian buku adalah bagian paling menyakitkan untuk dihadapi karena adanya kebutuhan yang tidak sembarangan untuk dimasukkan ke dalam hidup sehari-hari sekaligus diskriminasi penyandang cacat, di titik inilah kalian agak lambat untuk menyelami apa yang sedang disampaikan oleh Jane pada awalnya tapi, jika sudah sampai di seperempat bagian bukunya kalian paham dan tenggelam dalam ceritanya. Saya sangat paham semua kesulitan-kesulitan dan perasaan sakit ketika pernikahan bersama Stephen harus berakhir dan dia dihinggapi rasa lega yang campur aduk di hatinya, pada akhirnya saya bahagia mereka membangun ulang hubungan; menjadi teman baik dan Jane bisa menemukan cinta dan lembar kehidupan baru; tanpa mengurangi respek dan menodai Stephen.

Tidak ada namanya kesempurnaaan, buku ini juga punya. Saya yang sudah membaca bukunya menyadari kalau cinta yang dia rasakan kepada Stephen lebih mirip perasaan iba daripada cinta itu sendiri dan hal ini salah satu kegagalan dari buku untuk dipahami. Jane dalam narasi tulisannya gagal membedakan 'alasan' dari 'emosi' dan kecerdasan di cerita. Dia banyak mengeluh ketika tidak bisa memberi apa yang dimau Stephen sementara memainkan peran sebagai seorang Ibu dan istri, hal ini kerap kali membuat saya frustrasi. Membuat buku ini terasa ratapan serta komplain juga buku ini dijadikan sarana simpati yang bersifat menuntut kepada pembaca dibandingkan perjalanannya menjadi istri dari ilmuwan hebat yang menderita motor neuron disease. Dan juga Jane melaporkan kronologi beberapa peristiwa dalam kehidupan sehari-hari penting (dan ada yang tidak penting seperti beli perabotan baru), ditulis nada dingin tapi sesuai fakta, membuat saya bertanya-tanya "Jane, ungkapkan perasaanmu yang sebenarnya! Dimana kau sembunyikan perasaanmu di tulisan-tulisan ini?". Seakan-akan dia ingin perasannya tergapai kepada kita tapi, satu sisi dia menutup diri, membingungkan yang baca. 

Masalah lain adalah gaya penulisan di buku ini ribet dan tulisannya sangat panjang ditambah banyak istilah-istilah sains dimana kita dipaksa harus ikut belajar juga supaya paham halaman-halaman selanjutnya, jadi buku ini bisa membuat yang ingin baca kelelahan, barangkali istilah sains itu cocok untuk pembaca Profesor atau Ilmuwan saja, hehe? Lebih lanjut, Jane menaruh hal-hal yang tidak perlu diceritakan ke dalam alur cerita seperti renovasi rumah, tesis Litelatur Abad Pertengahan miliknya, dan sejarah sains dimana sekali lagi ini berkontribusi pada panjangnya halaman buku sehingga membuat buku kehilangan fokus cerita. Walaupun autobiografi Jane ini cerita menginspirasi kita semua, ketidaksempurnaan yang telah dijabarkan sebelum-sebelumnya bisa tidak mampu menangkap minat baca pembaca. Namun, autobigrafi karangan Jane Hawking ini membuat kalian kagum terhadap sosok wanita yang berdedikasi merawat Stephen, penuh keteguhan hati, keberanian, pengorbanan, dan memberi diri seutuhnya pada orang-orang lain sekaligus keluarganya, semua ini alasan yang mempertahankan supaya buku tetap menarik dibaca dan satu lagi untuk alasan saya tidak menyesal membeli autobigrafi yang dikarang olehnya.

Bergerak ke Theory of Everything, saya akan sampaikan kepada kalian lebih baik nonton filmnya dulu kemudian baca autobiografinya, saran satu ini kejadian jarang terjadi karena biasanya menyarankan baca buku dulu baru nonton. Adaptasi film menawarkan keromantisan yang benar-benar manis dan penyederhanaan dari buku sehingga menjadi pengenalan pertama yang bagus untuk tahu keluarga Hawking. Baca bukunya untuk menyadarkan penonton kejadian yang sebenarnya di kehidupan nyata Jane dan Stephen, kesulitan yang mereka hadapi di kehidupan nyata, terakhir gambaran asli kehidupan yang dikira keluarga normal di mata dunia dikarenakan adaptasi film penuh melodramatis dan keakuratan kronologis diubah jadi buku ini adalah sebuah keharusan untuk yang sudah menonton dan ingin kenal lebih dalam lagi hidup keluarga Hawking yang rumit. 


Felicity Jones & Eddie Redmayne
Saya harus berkata bahwa saya terpukau dengan akting Redmayne dan Jones. Redmayne luar biasa dalam membawakan sosok Stephen Hawking yang benar-benar mirip Stephen muda dan menangkap sisi humorisnya yang menyenangkan dan eksentrik seperti yang tertuang di buku, setelah Stephen bertambah sakit dan harus berkomunikasi lewat gerakan mata dan kerutan alis, terakhir bentuk tangisan sebagai perantara humor, perasaan, dan kenakalannya; akting fisik Redmayne yang seperti ini menakjubkan untuk dilihat. Kalian merasa didorong ke dalam pusaran tekanan yang tepat. 

Jones membawakan Jane penuh ketentraman dan kekuatan mantap bahkan sampai ketika dihadapkan oleh tuntutan yang datang dari kemerosotan fisik Stephen dimana membuatnya lelah. Jones berusaha menangkap sebuah keberadaan penguat dan sosok sentral dalam pernikahan dan keluarga dari karakter yang diperankannya dimana saya menilai semua akting dirinya hebat. 


Redmayne as Stephen Hawking
Stephen adalah ilmuwan dan telah menerbitkan buku-buku yang berkontribusi pada bidangnya yaitu Astrofisika, film berusaha menyentuh kegiatan profesional Stephen yang satu ini (untuk yang tidak tahu siapa dan apa Stephen sama sekali) tapi, menurut saya hasil akhirnya tidak bagus. Tambahannya lagi kata saya, ini merupakan jalan terbaik karena film biografis seorang pria menjelaskan ruang dan waktu sekaligus lubang hitam akan membuat penonton tertidur. 

Bila ingin tahu sisi Stephen seorang ilmuwan, kalian bisa baca A Brief History of Time yang ditulis dengan bahasa jelas dan populer sehingga cocok dibaca oleh kalangan non-ilmuwan (seperti saya...). Atau kalian mencari autobiografi kehidupan Stephen sampai terserang motor neuron disease dari perspektif miliknya? Ada. Judulnya My Brief History. Buku ini bagus sebagai penyeimbang autobigrafi karangan mantan istrinya. 

Sebelum mengakhiri artikel ini, penulis akan merangkum kelebihan dan kekurangan dari Travelling to Infinity -The True Story Behind The Theory of Everything- yang dipaparkan di atas:

Kelebihan:

1. Cerita bagus dan menarik untuk dibaca, kepedulian dan kehangatan sepanjang kesehatan Stephen yang terus memburuk dan juga membesarkan anak-anak merupakan inspirasional yang luar biasa. Kalian pantas kagum terhadap sosok wanita bernama Jane Beryl Wilde aka Jane Hawking.
2. Travelling to Infinity -The True Story Behind The Theory of Everything- memberi kita pengertian yang dalam latar belakang dan keluarga Jane sekaligus Stephen, lebih jelas dibandingkan adaptasi film. 
3. Ini belum disebutkan sebelumnya, tapi menurut saya judul bukunya menggelitik rasa penasaran dan adanya ketertarikan tersendiri: Travelling to Infinity, Berkelana Menuju Tiada Batas. Ditambah The Theory of Everything, Teori Segalanya. Nah, apa itu? Kalian harus baca seluruhnya untuk mengungkap maksud Jane yang sengaja dihubungkan oleh sains di judul autobigrafi miliknya. 

Kekurangan:

1. Pembaca ingin dibawa paham bahwa perasaan yang dirasakan Jane pada Stephen, apakah cinta atau murni perasaan iba? Atau kombinasi keduanya? Ini akan menimbulkan debat antara dua kubu.
2. Beberapa akan menilai autobiografi ini terlalu berat ke sisi banyak keluhan dan ratapan sehingga buku dijadikan pembenaran untuk layak mendapat simpati, padahal sebenarnya ada menemui beberapa situasi tidak perlu dikeluhkan sehingga bisa membuat yang baca timbul rasa frustrasi "mendengar"-nya.
3. Gaya penulisan ribet, tulisan-tulisannya sangat panjang, ditambah banyak istilah-istilah sains (butuh kamus sains supaya paham!), membuat lelah menamatkan buku makanya saya agak lama baca habis buku ini.
4. Meskipun saya paham Jane ingin membagi kepada kita kronologi pembangunan rumah baru, tesis Litelatur Spanyol Abad Pertengahan miliknya, dan sejarah sains sebagai selingan, menurut saya ini berkontribusi pada tebalnya buku dan membuat laporan sejarah "Jane menikah dengan Stephen dan Perjuangan Mereka" ngelantur dari fokus cerita. 

Secara keseluruhan inti autobiografi ini adalah inspirasional, menceritakan seorang wanita yang terangkum dalam tiga kata yaitu komitmen, keteguhan hati, dan penuh kasih sayang. Saya berdebat pada diri sendiri memberi bintang 4.5 atau 5 untuk buku Jane ini. Sepertinya yang menang adalah bintang 4.5... Untuk filmnya sendiri, saya beri nilai 4.7 dari 5 bintang. 

Ingat, pesan Stephen Hawking yang ditampilkan di filmnya dan ini mewakili keseluruhan autobiografi Jane.... 



Artinya adalah "Meskipun hidup terlihat sulit [untuk dijalani], selalu ada [sesuatu] yang kalian dapat lakukan dan berhasil di dalamnya". 


Meet The Real Jane Hawking & Stephen Hawking


Stephen Hawking
Stephen William Hawking adalah nama lengkapnya yang lahir pada 8 Januari 1942 merupakan seorang Ahli Fisika, Kosmologis, Penulis, dan mantan Profesor Matematika Lucasian di Universitas Cambridge. Sekarang menjabat sebagai Direktur Penelitian Matematika Terapan dan Teoretis Fisika di Dennis Stanton Avery and Sally Tsui Wong-Avery dan juga Pendiri Pusat Teoretis Kosmologi untuk Universitas Cambridge. 

Di samping menulis A Brief Histroy of Time yang disambut meriah dan laris skala Internasional dan juga My Brief History, buku karangan beliau yang lain adalah A Briefer History of Time, Black Holes and Baby Universe merupakan esai pemikirannya perihal hubungan lubang hitam dengan alam semesta, dan The Universe in Nutshell. Profesor Hawking dianugrahi banyak gelar kehormatan dan disematkan Commander (CBE) di tahun 1982 oleh Kerajaan Inggris tetapi, menolak gelar Kebangsawanan / Kekesatrian dari Ratu Elizabeth II. Selain aktif di Inggris, Profesor merambah ke Amerika dan terdaftar di Anggota Akademi Sains Nasional Amerika. Sering disebut-sebut Ahli Fisika terbrilian sejak Albert Einstein

Di 1963, Hawking didiagnosis penyakit langka motor neuron disease dimana secara bertahap membuatnya lumpuh sepanjang dekade. Sekarang Profesor bergantung hanya pada satu gerakan otot di tangannya yang disematkan pada tombol terhubung ke perangkat komputer bersuara sebagai perantara suara yang telah hilang karena trakeostomi untuk menyelamatkan jiwanya. 

Dengan duka yang mendalam, Stephen Hawking meninggalkan kita selama-lamanya pada 14 Maret 2018 di usia 76 tahun. Semoga dapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Amin. Karya-karyamu akan selalu di kenang dan bermanfaat oleh semua orang selamanya. 


Jane Hawking
Lahir 29 Maret 1944, nama aslinya adalah Jane Beryl Wilde, menikah dengan Stephen namanya menjadi Jane Hawking dimana nama nikah yang ini dijadikan nama penanya, setelah menikah dengan Jonathan Hellyer Jones namanya berubah Jane Beryl Hawking Jones. Selain menjadi Penulis, Jane merupakan seorang Guru. Setelah bertahun-tahun ditunda, Jane berhasil mendapat gelar PhD dalam karyanya di bidang Puisi Abad Pertengahan Spanyol dari Universitas Westfield tahun 1981. 

Dia bertemu Stephen melalui teman yang kenal dengan Jane dan Stephen di sebuah pesta tahun 1960-an. Walaupun Stephen menderita penyakit langka dan sisa umurnya 2 tahun lagi, mereka menikah di tahun 1965 bertempat di kampung halaman mereka yaitu St. Albans. Mereka dikaruniai tiga anak masing-masing bernama Robert Hawking, Lucy Hawking, dan Timothy Hawking. Jane berpisah dari Stephen tahun 1991 dan cerai di tahun 1995. Satu tahun setelah cerai, Jane menikah dengan Jonathan Jones yang merupakan teman akrab yang sukarela membantu Jane dan Stephen dalam kebutuhan sehari-hari. Jones juga seorang musisi. Sementara Stephen, setelah menceraikan Jane, menikahi Elaine Mason di tahun 1995 bulan September. Jane berbaikan dengan Stephen setelah bercerai dari Mason di 2006 dan selanjutnya sama-sama membentuk aliansi profesional.     







THE END





Referensi:
  • Travelling to Infinity -The True Story Behind The Theory of Everything- / Travelling to Infinity -Kisah Nyata Dibalik The Theory of Everything- oleh Jane Hawking. 
  • Tentang Stephen lebih lanjut: www.hawking.org.uk
  • Wikipedia.
  • IMDb.





* Disclaimer: Courtesy of  Google Images, Yahoo (Felicity Jones & Eddie Redmayne Picture) & Telegraph UK (Jane Hawking).  The material published on this website is intended solely for general information and reference purposes and is not legal advice or other professional advice. 















































Comments